📗 Fawaid Hadist Bimbingan Islam
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
وَفيِ رِوَايَةٍ لَهُ: « فَلَا يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا، فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Dari Jabir radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan darinya itu adalah sedekah untuknya, apa yang dicuri darinya adalah sedekah untuknya, dan apa yang diambil seseorang juga menjadi sedekah baginya.”
(HR. Muslim, no. 1552).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Tiada seorang muslim yang menanam tanaman, kemudian ada yang makan darinya baik manusia, hewan ternak atau burung, atau yang lainnya kecuali menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.”
(HR. Al-Bukhari, no. 2320, 6012. Muslim no. 1552).
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
📝 FAEDAH HADIST
Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya;
1️⃣ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan seorang yang menanam tanaman atau tumbuhan kemudian ada yang memakan darinya baik manusia, burung atau yang lainnya, atau yang dicuri atau diambil seseorang, maka itu semua menjadi sedekah baginya. Hadits ini memotivasi kita untuk bercocok tanam, berkebun, karena terdapat maslahat yang sangat besar baik di dunia mahupun akhirat.
2️⃣ Mengembangkan pertanian dan perkebunan manfaatnya sangat jelas, baik untuk diri sendiri atau daerah yang ditinggalinya. Bahkan, semua orang mendapat manfaat dengan jual beli hasil bumi, pertanian dan perkebunan seperti, berbagai jenis hasil buah, sayur-mayur dan lain-lain. Dengan demikian pengembangan pertanian dan perkebunan ini sangat bermanfaat bagi semua masyarakat, berbeda dengan harta yang disimpan saja, cenderung tidak akan bermanfaat secara meluas.
3️⃣ Setiap hasil kebun atau pertanian yang dimakan oleh makhluk Allah Ta’ala, maka penanamnya (pemilik) akan mendapat pahalanya, seperti buah atau biji-bijian yang dimakan burung, ayam atau yang lainnya, walaupun hanya satu biji tetap baginya pahala sedekah, baik sengaja ataupun tidak, walaupun petani itu tidak memperhatikan masalah ini tetap menjadi pahala sedekah baginya.
4️⃣ Apabila ada seseorang yang mencuri dari petani, maka yang dicurinya itu menjadi sedekah bagi petani tersebut, meskipun pencuri itu tertangkap dan dihukum, Allah Ta’ala tetap akan menjadikannya sebagai sedekah baginya (petani) pada hari Kiamat.
5️⃣ Sesuatu yang baik atau berguna jika dimanfaatkan oleh orang lain, maka pahalanya mengalir pada yang memilikinya walaupun ia tidak berniat untuk itu, dan jika ia berniat untuk kebaikan maka akan mendapatkan pahala kebaikan tambahan dan Allah Ta’ala akan memberinya karunia yang banyak.
6️⃣ Keutamaan berkebun dan becocok tanam serta berusaha menjadikan tanah atau bumi Allah Ta’ala bermanfaat untuk makhluk hidup sekitar.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.
👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag
✒️ Yogyakarta, 18 Jumadil Ula 1444 H / 12 Desember 2022M
🌍 https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-108-keutamaan-usaha-bercocok-tanam-dan-berkebun/
Senin, 12 Desember 2022
KEUTAMAAN USAHA BERCOCOK TANAM DAN BERKEBUN | Hadist #108
Sabtu, 10 Desember 2022
RAHASIA WALAU UZUR TETAP MENDULANG PAHALA | Hadist #106
📗 Fawaid Hadist Bimbingan Islam
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيِحًا » رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ .
Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Apabila seseorang sakit atau sedang bepergian (musafir), maka dicatatlah baginya pahala sebagaimana amal perbuatan yang biasa dikerjakan pada waktu mukim (tidak bepergian) dan ketika waktu sehatnya.”
(HR. Al-Bukhari, no. 2996)
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
📝 FAEDAH HADIST
Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya:
1️⃣ Apabila seseorang sakit atau sedang bepergian (musafir), maka dicatatlah baginya pahala sebagaimana amal perbuatan yang biasa dikerjakan pada waktu mukim (tidak bepergian) dan ketika waktu sehatnya. Misalnya; kebiasaan seseorang menjaga shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, tasbih, tahlil, takbir dan selalu berdzikir pagi dan petang tetapi tiba-tiba dia harus bepergian dan tidak bisa melakukan kebiasaan baik ini, maka dia tetap mendapat pahala kebiasaan amal sholeh tersebut.
2️⃣ Pentingnya menjaga amalan-amalan sholeh dan merutinkannya, sekaligus peringatan bagi orang yang berakal untuk tidak melalaikan dan selalu bersungguh-sungguh memelihara amal sholih dalam setiap kesempatan dan kondisi terbaiknya (sehat dan prima), sehingga ketika ia tidak mampu menunaikannya karena uzur syar’i, maka dia tetap mendapat pahala seperti keadaannya di waktu normal.
3️⃣ Sebagian ahli ilmu berpandangan bahwa hadits ini juga berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. “Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.”
(Lihat Fath Al-Bari, 6/136)
4️⃣ Faedah berharga bahwa betapa luasnya rahmat dan kasih sayang Allah Ta’ala Yang Mahapemurah terhadap para hamba-hamba-Nya, lebih khusus lagi bagi mereka yang senantiasa berusaha istiqamah di atas ketaatan.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.
👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag
✒️ Yogyakarta, 14 Jumadil Ula 1444 H / 08 Desember 2022M
🌍 https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-106-rahasia-walau-uzur-tetap-mendulang-pahala/
Selasa, 30 Agustus 2022
Halaqoh 10 : Syarat-syarat Diterimanya Ibadah
🌍 BimbinganIslam.Com
📆 Selasa, 02 Shofar 1444 H / 30 Agustus 2022 M
👤 Ustadz Mu'tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh
📗 Kitāb Ushulul Iman Karya Kumpulan Para Ulama
🔊 Halaqoh 10 : Syarat-syarat Diterimanya Ibadahh
〰〰〰〰〰〰〰
SYARAT-SYARAT DITERIMANYA IBADAH
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.
Pada pertemuan sebelumnya kita telah membicarakan tentang makna ibadah dan rukun, pilar atau pondasi yang menjadikan ibadah itu terbangun menjadi ibadah yang baik dan benar sesuai dengan apa yang diinginkan Allāh dan Rasul-Nya.
Pada pertemuan kali ini kita mencoba membicarakan tentang syarat diterimanya ibadah.
Kita paham bahwa di dalam kita beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena kita tidak pernah bertemu dengan Allāh, kita tidak mengetahui maksud atau bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla ridha dengan apa yang kita lakukan kecuali melalui apa yang telah diberitahukan oleh Rasul-Nya (shollallāhu 'alayhi wa sallam).
Sehingga bagaimana kita beribadah kepada Allāh tidak hanya sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi tentunya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena kita sedang mengharap pahala dan keridhoan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla bukan hanya kita menjalankan ibadah atau suatu amalan tanpa kita tahu apakah ibadah atau amalan ini diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Karenanya di dalam kita beribadah, keinginan kita adalah mendapatkan ridha dan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka Allāh dan Rasul-Nya telah menunjukkan di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah mengenai sifat dan ciri dari ibadah yang diterima Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Para ulama menyebutkan bahwa ibadah tidaklah diterima kecuali dengan dua syarat:
الإخلاص فيها للمعبود
⑴ Ikhlas karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ketika kita beribadah maka niat kita, keinginan kita, tujuan kita, hanya kita tujukan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sebagaimana yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmaknkan di dalam surat Al-Bayyinah ayat 5.
Allāh Ta'āla berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ......
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allāh dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan apa yang diperintahkan di dalam agama ini."
Dan banyak dalil-dalil lain mengenai perintah untuk berbuat ikhlas di dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ini juga sangat penting bagi kita yaitu:
المتابعة للرسول صلى الله عليه وسلم
_⑵ Mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana telah kita jelaskan, bahwa kita tidak tahu keinginan Allāh kecuali melalui apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam.
Bagaimana kita menginginkan pahala dan keridhoan dari Allāh namun caranya dengan cara kita? Tanpa kita mencoba untuk menyerasikan dengan apa yang telah diajarkan dan dilakukan oleh Rasūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam.
Sehingga ketika kita beribadah, mau tidak mau kita harus mencontoh dan melihat apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmankan di dalam surat Al-Hasyr ayat 7.
Allāh Ta'āla berfirman:
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ
"Dan apa-apa yang telah datang dari Rosul dan diajarkan kepada kalian maka ambillah dan apa yang dilarang oleh Rasul atas kalian maka hentikanlah."
Dan juga apa yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sabdakan di dalam hadīts yang shohīh, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رد
"Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam perkara agama, yang tidak diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka amalan tersebut tertolak."
(HR. Al-Bukhāri dan Muslim).
Ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mengatakan bukan kita, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sayang kepada kita, sehingga Beliau menuntunkan kita, menunjukkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kemudian apa yang dikatakan oleh Fudhail ibnu Iyādh ketika menafsirkan ayat yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam surat Hūd ayat 7 dan Al-Mulk ayat 2.
لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۗ
"Untuk menguji kalian siapakah di antara kalian yang terbaik amalannya."
Beliau mengatakan: أخلص وأصوابه yang paling ikhlas dan yang paling benar. Ikhlasnya kepada Allāh dan benarnya mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam.
Sehingga dikatakan kepadanya:
يا أبا علي، وما أخلص وأصوبه؟
"Wahai Aba Ali, apa yang dimaksud dengan paling ikhlasnya dan paling benarnya?"
Maka Fudhail ibnu Iyādh mengatakan:
إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبـل
"Sesungguhnya amalan apabila ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasūlullāh maka amalan tersebut tidak diterima."
Ini yang membicarakan para ulama, dan menjelaskan dalam masalah ini,
وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل حتى يكون خالصا صوابا
"Dan apabila amalan itu benar namun dia tidak ikhlas, maka amalan tersebut tidak diterima sampai amalan tersebut dilakukan dengan cara ikhlas dan benar sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."
والخالص مـا كان لله والصواب ما كان على السنة
"Ikhlas yang dipersembahkan hanya untuk Allāh dan yang dimaksud dengan benar adalah apa yang telah ditunjukkan di dalam Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."
Sehingga jelas di sini bahwa di dalam kita beribadah tidak perlu kita kreatif dan sembarangan, kita tinggal mencontoh apa yang telah diajarkan oleh Allāh dan Rasul-Nya, maka cukup bagi kita.
Karenanya kita berharap agar Allāh menjadikan kita bagian dari hamba-hamba yang menjalankan amal ibadah yang diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang dilandasi keikhlasan dan contoh (ajaran) dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Semoga bermanfaat.
Wallāhu Ta'āla A'lam wa Bisshowaab.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Senin, 28 Maret 2022
Halaqah 02 : Pengertian Syirik
🌍 BimbinganIslam.Com
📆 Selasa, 08 Jumadil Akhir 1443 H/11 Januari 2022 M
👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد) Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh
🔊 Halaqah 02 : Pengertian Syirik
〰〰〰〰〰〰〰
PENGERTIAN SYIRIK
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dakwah para rasul seperti yang difirmankan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
Dan sungguh Kami telah mengutus setiap umat seorang rasul untuk menyeru, "Beribadahlah kalian kepada Allāh saja dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allāh)."
(QS. An Nahl: 36)
Jadi seluruh nabi dan rasul menyerukan kepada umatnya agar beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan tidak cukup hanya itu saja, mereka juga memperingatkan umatnya dari sesembahan-sesembahan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kaum muslimin dan muslimat, Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada kesempatan kali ini kita akan mengkaji:
▪︎ APA ITU SYIRIK?
Syirik didefinisikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadītsnya:
أَنْ تَجْعَلَ لِلهِ نِدًّا، وَهُوَ خَلَقَكَ
"Engkau menjadikan tandingan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla padahal Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menciptakanmu."
(HR. Bukhari)
Jadi syirik adalah membuat tandingan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mensejajarkan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pengkhususan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla itu meliputi tiga hal:
⑴ Syirik dalam Rububiyyah.
Jika seorang meyakini bahwa ada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang bisa menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan atau mematikan maka orang tersebut telah terjatuh dalam lubang kesyirikan (syirik besar). Dan keadaan orang itu lebih sesat, lebih jelek daripada orang-orang kafir dahulu.
Kenapa demikian?
Karena orang-orang kafir dahulu mereka masih menetapkan tauhid rububiyyah. Mereka menetapkan bahwa Allāh yang menciptakan langit dan bumi, Allāh yang memberikan rezeki.
Allāh berfirman:
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ
Jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan langit dan bumi?" Mereka akan menjawab, "Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. Luqman: 25)
⑵ Syirik dalam Uluhiyyah
Yaitu kalau seseorang meyakini bahwa ada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang berhak untuk diibadahi, padahal tidak ada yang berhak untuk kita ibadah kecuali hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagaimana dalam ayat yang selalu kita baca dalam shalat kita:
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
(QS. Al Fatihah: 5)
Pada: إِيَّاكَ نَعۡبُدُ , "Hanya kepada Engkau ya Allāh kami beribadah," di situ maf'ul bih (objeknya) didahulukan adalah sebagai bentuk pengkhususan (berfungsi pengkhususan). Jadi, "Hanya kepada Engkau ya Allāh, kami beribadah bukan kepada yang lainnya."
Maka barangsiapa menyerahkan ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik itu doa, menyembelih, tawakal dan lain sebagainya berarti dia telah berbuat syirik. Dan ibadah itu luas sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh dalam kitabnya Al Ubudiyyah.
Beliau mengatakan:
اسم جامع لكل مايحبه الله ويرضاه من الاقوال والافعال الظاهره والباطنه
"Ibadah itu adalah mencakup setiap ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Maka siapapun yang menyerahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik kepada malaikat, jin, wali, kuburan, batu, pohon dan lain sebagainya maka berarti dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
⑶ Syirik dalam Al Asma wa Shifat
Yaitu seseorang mensifatkan sebagian makhluk dengan sebagian sifat-sifat yang khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Contoh: Kalau ada yang meyakini bahwa ada makhluk Allāh yang mengetahui perkara-perkara ghaib. Ada yang meyakini bahwasanya wali Fulan bisa tahu perkara-perkara ghaib, berarti dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebab yang tahu ilmu ghaib hanya Allāh. Ketika seorang menyerahkan atau mensifatkan sifat tersebut kepada selain Allāh berarti dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
قُلْ لَا يَعْلَمُ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ
Katakan," Tidak ada yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. An Naml: 65)
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jadi, syirik adalah kita menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mensejajarkan selain Allāh dengan Allāh dengan hal-hal yang khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Baik dalam rububiyyah, uluhiyyah maupun dalam asma wa shifat.
Berdasarkan penelitian para ulama dan pengkajian mereka terhadap dalīl Al Qur'ān dan Sunnah diketahui bahwasanya syirik itu terbagi menjadi dua:
⑴ Syirik Besar (الشرك الأكبر)
⑵ Syirik Kecil (الشرك الأصغر)
• Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Seperti, seseorang berdoa kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mendekatkan diri kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, menyembelih untuk selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Baik untuk kuburan, untuk jin, syaithan, malaikat, nabi dan lain sebagainya. Ini syirik besar.
Kalau ada orang yang meminta kepada kuburan kesembuhan atau meminta anak atau meminta jabatan maka ini dinamakan syirik besar. Karena tidak ada yang bisa memenuhi hajat seorang hamba kecuali hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Syirik jenis ini mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikan pelakunya kekal di Neraka. Jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum bertaubat dari perbuatan syirik tersebut maka dia kafir dan kekal di Neraka selama-lamanya.
• Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah sarana menuju syirik besar.
Seperti (misalnya) bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena biasanya orang yang bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak bermaksud mensejajarkan selain Allāh dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla secara umum.
Demikian juga kalau ada orang yang mengatakan, "Kehendak Allāh dan kehendaknya," maka ini syirik kecil.
Jadi syirik ada dua macam, syirik besar dan syirik kecil.
Apa perbedaannya?
• Syirik besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, menjadikan pelakunya kekal di neraka selamanya, menghapus semua amal ibadah kita.
• Syirik kecil tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, tidak menjadikan pelakunya kekal di neraka dan tidak menghapus semua amal ibadah yang telah kita lakukan sebelumnya.
In syā Allāh Ta'āla, kita akan melanjutkan pada pertemuan berikutnya.
و صلى الله وسلّم على نبينا محمّد و على آله وصحبه أجمعين