📆 Selasa, 07 Shafar 1443 H/14 September 2021 M
👤 Ustadz Abdullah Taslim, Lc. MA
📗 Kitāb Tahdzībus Sīratin Nabawiyyah (تهذيب السيرة النبوية)
🔊 Halaqah 05: Penguburan Rasūlullāh Shallallāhu 'alayhi wa sallam Bagian Pertama
*PENGUBURAN RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM BAGIAN PERTAMA*
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين اما بعد
Alhamdulillāh. Ma'āsyiral Ikhwah wa Akhawat Fīdīn Rahimakumullāh.
In syā Allāh, kita akan melanjutkan kembali dengan taufik dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla pembahasan lanjutan dari kitāb yang sangat bermanfaat, Tahdzībus Sīratin Nabawiyyah (تهذيب السيرة النبوية) karya Al-Imamu Hafidz Abu Zakariyya Yahya ibnu Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi rahimahullāhu ta'āla.
Saat ini kita sampai di (حلقة الخامس) halaqah yang kelima dari kajian yang diselenggarakan oleh grup kajian WhatsApp BiAS (Bimbingan Islām) bersama saya Abdullah Taslim.
Saat ini kita masuk pembahasan:
دفنه و عمره ﷺ
*▪︎ Bagaimana Penguburan dan Usia Nabi Muhammad ﷺ ketika meninggal dunia*
Al-Imam An-Nawawi rahimahullāhu ta'āla berkata:
ودفن يوم الثلاثاء حين زالت الشمس، و قيل: ليلة الأربعاء
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dikuburkan di hari Selasa, waktu tergelincirnya matahari (masuk waktu shalat dhuhur). Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam dikuburkan di malam Rabu.
Pendapat kedua ini, adalah pendapat yang dinyatakan shahīh oleh para ulama yang lain seperti Ibnu Katsīr rahimahullāhu ta'āla. Beliau mengatakan pendapat ini shahīh, bahwa sejak kematian beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam di hari Senin, kemudian belum dikuburkan sampai hari Selasa, kemudian Selasa malam (malam Rabu) dikuburkan.
Ibnu Katsīr rahimahullāhu ta'āla mengatakan: Inilah pendapat yang dinyatakan banyak imam Ahlus Sunnah yang terdahulu maupun yang sekarang (akhir/belakangan).
Selanjutnya masih pembahasan dari Imam An-Nawawi rahimahullāhu ta'āla:
وتوفي ﷺ وله ثلاث وستون سنة
° Ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam meninggal beliau berumur 63 tahun.
وقيل : خمس و ستون سنة
° Ada juga yang mengatakan umur beliau adalah 65 tahun.
و قيل : ستون سنة
° Ada juga yang mengatakan umur beliau adalah 60 tahun.
Jadi ada yang mengatakan, ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam meninggal dunia beliau berumur 60 tahun, ada juga yang mengatakan 65 tahun dan ada juga yang mengatakan umur beliau 63 tahun.
Dan pendapat yang pertama (meninggal berumur 63 tahun) ini lah pendapat yang kuat dan lebih populer, lebih dikenal di kalangan ulama, yaitu beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam wafat dalam usia 63 tahun.
وقد جاءت الأقوال الثلاثة في الصحيح
Ketiga pendapat ini, didukung dengan hadīts-hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhāri dan Imam Muslim. Sehingga dibawakan di sini.
Dan para ulama menjama' atau mengkompromikan riwayat-riwayat ini, bahwa ulama yang berpendapat bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam meninggal ketika berumur 60 tahun, mereka tidak menghitung 3 tahun kelebihannya (jadi digenapkan saja 60 tahun) dikatakan demikian.
Adapun yang mengatakan 65 tahun, mereka menambahkan dari 63 tahun dengan tahun kelahiran dan tahun wafatnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, sehingga mereka menggenapkan menjadi 65 tahun.
Adapun yang mengatakan 63 tahun, mereka tidak menghitung tahun kelahiran dan tahun wafatnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Karena pendapat ini disebutkan di dalam riwayat yang shahīh maka dikompromikan demikian oleh para ulama, meskipun yang dikuatkan di sini ditegaskan lagi oleh Imam An-Nawawi rahimahullāhu ta'āla.
و الصحيح ثلاث و ستون
Maka pendapat yang shahīh yang kuat adalah beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam wafat ketika berumur 63 tahun.
وكذا الصحيح في سن أبي بكر
Demikian pula, pendapat yang shahīh tentang umur sahabat yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallāhu 'anhu ketika beliau wafat, sebagaimana disebutkan di dalam hadīts shahīh riwayat Imam Muslim nomor 2348.
Demikian pula Umar bin Khaththāb, beliau wafat dalam usia 63 tahun, Ali bin Abi Thālib wafat ketika berumur 63 tahun, dan ummul mukminin Aisyah radhiyallāhu 'anhā juga sama, beliau wafat dalam usia 63 tahun ( ثلاث وستون سنة). Mereka semua wafat ketika berumur 63 tahun.
Berkata Imam Abu Ahmad Al-Hakim, beliau adalah guru dari Imam Abu Abdillāh Al-Hakim, Imam Abu Ahmad Al-Hakim, beliau menulis kitāb Al-Mustadrak yang terkenal.
Imam Abu Ahmad Al-Hakim berkata:
يقال ولد النبي ﷺ يوم الإثنين
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam lahir pada hari Senin.
ونبيء يوم الإثنين
Dan diturunkan kepada beliau wahyu pertama kali hari Senin.
وهاجر من مكة يوم الإثنين
Beliau berhijrah dari Mekkah ke Madīnah pada hari Senin.
ودخل المدينة يوم الإثنين
Dan masuk ke kota Madīnah (ketika hijrah) pada hari Senin.
و توفي يوم الإثنين
Dan beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam wafat pada hari Senin.
وروي أنه ﷺ ولد مختونا مسرورا
Dan diriwayatkan juga, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan dan dalam keadaan tali pusar beliau sudah lepas (terputus).
Tapi riwayat-riwayat yang menyatakan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan dan dalam keadaan tali pusar beliau sudah lepas, ini adalah riwayat yang tidak shahīh (hadītsnya tidak shahīh).
Bahkan Imam Ibnu Jauzi memasukkan hadīts-hadīts ini di dalam kitāb Al-Maudhu'at (hadīts-hadīts yang palsu). Demikian pula diterangkan oleh Imam Ibnu Katsīr di dalam kitāb Al-Bidāyah wa An-Nihāyah riwayat ini tidak shahīh.
Bahkan Ibnu Qayyim rahimahullāhu ta'āla mengatakan: Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan (disunnat) bukan merupakan kekhususan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, seandainya riwayat itu shahīh. Karena orang lain banyak juga yang diriwayatkan dalam keadaan sudah dikhitan, demikian penjelasan dari Imam Ibnu Qayyim rahimahullāhu ta'āla.
Kalau menurut penjelasan dari Ibnu Qayyim, beliau lebih cenderung kepada pendapat yang mengatakan bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dikhitan (disunnat) oleh kakeknya (Abdul Muthalib) di hari ke-7 setelah kelahiran beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam. Kemudian di hari itulah beliau (Abdul Muthalib) memberi nama cucunya ini dengan nama Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Dan ini adalah pendapat yang dijelaskan oleh Ibnu Qayyim dan dikuatkan oleh Imam Adz-Dzahabi rahimahullāhu ta'āla.
Kemudian,
و كفن رسول الله ﷺ في ثلاثة أثواب بيض
Dan beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam dikafani dengan 3 (tiga) lembar kain yang berwarna putih, sebagaimana disebutkan di dalam riwayat shahīh.
ليس فيها قميص ولا عمامة ثبت ذلك في الصحيحين
Di antara kain tersebut tidak ada yang berbentuk gamis (pakaian) dan tidak ada juga yang berbentuk imamah (surban), sebagaimana dijelaskan di dalam shahīhain.
Imam Al-Hakim Abu Ahmad berkata:
ولما أدرج رسول الله ﷺ في أكفانه، وضع على سريره على شفير القبر
Ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dikafani kemudian beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam diletakkan di atas tempat tidurnya di tepi kuburan.
ثم دخل الناس أرسالا يصلون عليه فوجا فوجا لا يؤمهم أحد
Kemudian kaum muslimin (para sahabat) masuk dan mereka berkelompok-kelompok, kemudian mereka shalat (sendiri-sendiri) tanpa ada yang mengimani.
فأولهم صلاة عليه العباس ثم بنو هاشم ثم المهاجرون ثم الأنصار ثم سائر الناس
Yang pertama menyalati beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah pamannya (Al-Abbās radhiyallāhu 'anhu), kemudian keluarga dari kabilah banu Hāsyim (kabilah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam), kemudian kaum Mujahirin dan kaum Anshar, kemudian dari kalangan sahabat yang lain.
فلما فرغ الرجال دخل الصبيان ثم النساء ثم دفن ﷺ
Setelah laki-laki selesai, kemudian anak laki-laki dan perempuan masuk, lalu beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam dikuburkan.
ونزل في حفرته العباس وعلي و الفضل وقثم ابنا العباس وشقران
Dan yang turun ke dalam kuburan beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah Al-Abbās (paman beliau) Ali bin Abi Thālib (anak paman beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam), Al-Fadl dan Qatsm (keduanya putra dari Al-Abbās) dan Syuqrān radhiyallāhu 'anhum.
Ibnu Katsīr rahimahullāhu ta'āla di dalam kitāb Al-Bidāyah wa An-Nihāyah mengatakan: Para sahabat menyalatkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri-sendiri tanpa ada yang mengimami, ini merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama dan tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini.
Yang berbeda hanya alasannya. Kenapa mereka menyalatkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri-sendiri (tidak secara berjama'ah).
Imam Asy-Syafī’i mengatakan: Mereka menyalatkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri-sendiri karena agungnya kedudukan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga
ولمنا فستهم يؤمهم عليه أحد
berlomba-lombanya mereka untuk menjadi imam bagi mereka ketika menyalatkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Yang jelas inilah keadaan ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam wafat.
In syā Allāh di sesi (kajian) berikutnya, kita jelaskan lebih lanjut. Kita cukupkan sampai di sini untuk sesi kajian yang kelima.
Semoga bermanfaat.
صلى الله و سلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
والحمد الله رب العالمين
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar