Kamis, 30 April 2020

Pengertian huruf

📚 MUYASSAR FII ILMIN NAHWI 📚
  
📄  HURUF

➡ Pengertian huruf :
Apa² yang tersusun darinya sebuah kata.

Seperti : 
ب ي ت ن ح

Contoh : بيت = ب ي ت

☝️ Huruf² ini belum mempunyai makna/arti.
👌 Jumlah huruf dalam bahasa arab ada 28 huruf & disebut dgn istilah Hijaiyyah. kalau dalam bahasa indonesia disebut Alfhabet.

🆎 Huruf terbagi dua :

1⃣ Huruf Hijaiyyah : disebut juga huruf mabni, yaitu huruf yg bisa membentuk satu kata.
Contoh :
أَ - بَ - تَ - ثَ
2⃣ Huruf Ma'ani : huruf² yg telah mempunyai arti.
Contoh :
و : Dan
أَوْ : Atau
ثُمَّ : Kemudian 
مِنْ : Dari
إِذَا : Apabila

🍀 Huruf² tersebut bisa disebut satu kalimah, karna memiliki makna/arti.


📚 Sumber kitab : Al-Muyassar fii ilmin nahwi

✍ Rahmat Abu Dzulqarnain حفظه الله تعلى

Rabu, 29 April 2020

HURUF-HURUF QOMARIYYAH & SYAMSIYYAH

🎒AYO.....WAKTUNYA BELAJAR❗️⏰

📕 DURUSUL LUGHOH AL-'AROBIYYAH 📕

                              الدّرس الثّالث
                     (Pelajaran ke-3)

📒 Hal 19

🍀 HURUF-HURUF QOMARIYYAH & SYAMSIYYAH

☝️ Huruf-huruf
 Qomariyyah :

👤أ : الْأَبُ = Ayah
🚪ب : الْبَابُ = Pintu
 ❓ج : الْجَنَّةُ = Surga
🚫 ح : الْحِمَارُ = Keledai
🍞 خ : الْخُبْزُ = Roti
👁 ع : الْعَيْنُ = Mata
🥘 غ : الْغَدَاءُ = Makan siang
🗣 ف : الْفَمُ = Mulut
🌙 ق : الْقَمَرُ = Bulan
🐾 ك : الْكَلْبُ = Anjing
💦 م : الْمَاءُ = Air
👥 و : الْوَلَدُ = (Anak kecil (lk2
💨 ه‍ : الْهَوَاءُ = Udara
👐 ي : الْيَدُ = Tangan

👆 Ada 14 Huruf Qomariyyah.

🍀 Jika Alif Lam (ال) bertemu dengan 14 huruf Qomariyyah di atas. Jangan lupa Alif lam nya harus terbaca "Al"

🍀 Untuk mudah menghafal apa saja huruf-huruf Qomariyyah.
Kita rangkum dalam ilmu tajwid.

👉Huruf tenggorokan ada 6 :
 أ ه‍ ح خ ع غ
👉Huruf bibir ada 4 :
ب م و ف
👉Huruf lidah bagian belakang ada 2 :
ق ك
👉Huruf lidah bagian tengah ada 2 :
ي ج


✌️ Huruf-huruf syamsiyyah :

⚖ ت : التَّاجِرُ = Pedagang
👕 ث : الثَّوْبُ = Pakaian / Baju
🍗 د : الدِّيْكُ = Ayam jantan
💰 ذ : الذَّهَبُ = Emas
👤 ر : الرَّجُلُ = Laki-laki dewasa
🌺 ز : الزَّهْرَةُ = Bunga
🚫 س : السَّمَكُ = Ikan
☀️ ش : الشَّمْسُ = Matahari
🚫 ص : الصَّدْرُ = Dada
🛋 ض : الضَّيْفُ = Tamu
🎒 ط : الطَّالِبُ = Pelajar lk2
🚫 ظ : الظَّهْرُ = Punggung
🍖 ل : اللَّحْمُ = Daging
🌟 ن : النَّجْمُ = Bintang

👆 Ada 14 huruf Syamsiyyah

🍀 Jika Alif Lam ( ال ) bertemu dengan 14 huruf Syamsiyyah diatas, jangan lupa untuk tidak membaca Alif Lam nya , melainkan dengan meleburkan/masuk ke huruf setelah Alif Lam. Serta memberikan tasydid (ّ ) di atas huruf tersebut.

🍀 Semua huruf Syamsiyyah adalah huruf-huruf lidah.

بارك الله فيكم

✍ Rahmat Abu Dzulqarnain حفظه الله تعلى

Sumber Channel Telegram :
https://t.me/kelasbhsarab

Selasa, 28 April 2020

الدّرس الثّالث

🎒AYO....WAKTUNYA BELAJAR❗️⏰

📕 DURUSUL LUGHOH AL-'AROBIYYAH 📕

                              الدّرس الثّالث
                     (Pelajaran ke-3)


🆙 Kita sambung pelajarannya :

Contoh lain :

1⃣ الْكِتَابُ جَدِيْدٌ وَ الْقَلَمُ قَدِيْمٌ :
📔 Kitab ini baru dan pena ini lama 🖊

2⃣ الْحِمَارُ صَغِيْرٌ وَالْحِصَانُ كَبِيْرٌ :
Keledai itu kecil dan kuda itu besar

3⃣ الْكُرْسِيُّ مَكْسُوْرٌ :
🛋 Kursi itu rusak 

4⃣ الْمِنْدِيْلُ وَسِخٌ
🖐  Sapu tangan itu kotor 

5⃣ الْمَاءُ بَارِدٌ :
💧 Air itu dingin 

6⃣ الْقَمَرُ جَمِيْلٌ :
🌕 Bulan itu indah 

7⃣ الْبَيْتُ قَرِيْبٌ وَ الْمَسْجِدُ بَعِيْدٌ :
🏡 Rumah itu dekat dan masjid itu jauh 

8⃣ الْحَجَرُ ثَقِيْلٌ وَالْوَرَقُ خَفِيْفٌ :
⛓ Batu itu berat dan Daun/kertas itu ringan 🍃/📃

9⃣ اللَّبَنُ حَارٌّ :
🥛 Susu ini panas 🔥

🔟 الْقَمِيْصُ نَظِيْفٌ :
👔 Kemeja itu bersih 


👍 Kita cukupkan sampai disini dulu. Insyaa Allah kita lanjut di lain waktu.

بارك اللّه فيكم

Senin, 27 April 2020

mengenal ال ( alif lam ) pada isim

🎒AYO....WAKTUNYA BELAJAR❗️⏰

📕 DURUSUL LUGHOH AL-'AROBIYYAH 📕

👆 Hal 14

                               الدّرس الثّالث
                      ( Pelajaran ke-3 )

📌 Pada BAB ini kita akan mengenal ال ( alif lam ) pada isim.
📌 AL-QOMARIYYAH :
Yaitu yang Alif lam nya terbaca (الْ)

Kita baca contoh :

🏘 بَيْتٌ : الْبَيْتُ = Rumah

📓 كِتَابٌ : الْكِتَابُ = Kitab

🖊 قَلَمٌ : الْقَلَمُ = Pena

جَمَلٌ : الْجَمَلُ = Unta

📌 Jika isim tersebut memakai alif lam (ال) tidak boleh dibaca tanwin. Misal : ( تٌ ), Tapi yg benar dibaca ( تُ ).

📌 Harus memakai salah satu. Jika tidak ada alif lam (ال) maka harokat akhirnya harus tanwin. Dan jika memakai alif lam (ال) maka harokat akhirnya tidak boleh di tanwin.

📌 Bila isim yang nakiroh (umum) di beri ال, maka isim yang ber-ال menjadi ma'rifah (Diketahui)

Contoh : هٰذَا بَيتٌ و الْبَيتُ قَرِيبٌ
👉 Yang awalnya :
هٰذَا بَيْتٌ : Ini rumah
👉Yang kedua :
اَلْبَيْتُ قَرِيْبٌ Rumah ini dekat

📌 Jadi, makna nya Rumah yg Kedua menjelaskan Rumah yg pertama. Jadilah makna nya sudah diketahui (Ma'rifah).



✍ Contoh lainnya :

الْقَلَمُ مَكْسُوْرٌ = Pena itu patah

الْبَابُ مَفْتُوْحٌ = Pintu itu terbuka

الْوَلَدُ جَالِسٌ ، وَ الْمُدَرِّسُ وَاقِفٌ =
Anak kecil (Laki²) itu duduk dan guru (Laki²) itu berdiri.

✍ PERLU DI INGAT KEMBALI :
Jika isim tersebut memakai alif lam (ال) harokat akhirnya jangan di tanwin.
✍ Dan jika isim tersebut tidak terdapat alif lam (ال) maka, harokat akhirnya harus tanwin.


📝 Penerjemah :
Rahmat Abu Dzulqarnain حفظه الله تعلى

Minggu, 26 April 2020

ذلك (itu)

🎒AYOO....WAKTUNYA BELAJAR❗️⏰

📕 DURUSUL LUGHOH AL'AROBIYYAH JILID 1 📕

✍ Hal 12-13

                           الدّرس الثّاني
                        (Pelajaran Kedua)

                              👆 ذٰلِكَ
                                 (Itu)   

🍀 Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
🍀 Isim Mufrod (Tunggal/Satu)
🍀 Mudzakkar (Laki-laki / yang tidak ada ة pada akhir kata)
🍀 Digunakan untuk Jarak Jauh
🍀 Isim Mabni (Tetap)

Kita baca contoh :

🌟 مَاذٰلِكَ؟ = ? Apa itu 
ذٰلِكَ نَجْمٌ = Itu adalah bintang

🕌 هٰذَا مَسْجِدٌ = Ini Masjid
🏡 وَذٰلِكَ بَيْتٌ =  Dan itu Rumah

هٰذَا حِصَانٌ = Ini kuda
وَذٰلِكَ حِمَارٌ = Dan itu keledai

أَذٰلِكَ كَلْبٌ ؟ = ? Apakah itu anjing
لَا ، ذٰلِكَ قِطٌّ = Tidak, itu kucing

🛏 مَاذٰلِكَ؟ = ? Apa itu 
ذٰلِكَ سَرِيْرٌ = Itu tempat tidur

👤💼 مَنْ هٰذَا؟ = ? Siapa ini 
هٰذَا مُدَرِّسٌ = ini guru (laki²)

👤🕌 وَمَنْ ذٰلِكَ؟ =? Dan siapa itu
ذٰلِكَ إِمَامٌ = Itu Imam

مَاذٰلِكَ؟ = ? Apa itu
ذٰلِكَ حَجَرٌ = Itu batu

هٰذَا سُكَّرٌ = Ini gula
🥛 وَذٰلِكَ لَبَنٌ = Dan itu susu


🆕 الكلمات الجديدة :
(Kosa kata baru)
👈 إِمَامٌ = Imam
👈 حَجَرٌ = Batu
👈 سُكَّرٌ = Gula
👈 لَبَنٌ = Susu

ا👆🍀 Hafalkan kosa kata diatas


✍ Untuk faedah yang lainnya, In Syaa Allah sama dengan faedah pada pelajaran sebelumnya. 

🍎 Alhamdulillah kita telah selesai BAB 2 , nantikan BAB selanjutnya إِنْ شَاءاللّه


📚 Sumber kitab : دروس اللّغة العربيّة

📝 Penerjemah : 
Rahmat Abu Dzulqarnain حفظه الله تعلى

Jumat, 24 April 2020

هٰذَا ( ini )

📕 DURUSUL LUGHOH AL'AROBIYYAH JILID 1 📕

                            الدّرس الأوّل
                    ( Pelajaran Pertama )

                             هٰذَا ( ini ) 

- Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
- Isim Mufrod (Menunjukkan satu/tunggal)
- Mudzakkar(Laki-laki / yg tidak ada ة di akhirnya).  
- Digunakan Untuk Jarak dekat 
- Isim Mabni (Tetap)
- Berlaku untuk sesuatu yang berakal ( العاقل ) maupun benda mati / yang tidak berakal ( غير العاقل )

Kita baca contohnya :

🏠 هٰذَا بَيتٌ = Ini adalah Rumah

🕌 هٰذَا مَسْجِدٌ = Ini adalah Masjid

🚪 هٰذَا بَابٌ = Ini adalah Pintu

📓 هٰذَا كِتَابٌ = ini adalah Buku

🖊 هٰذَا قَلَمٌ = ini adalah Pulpen

🗝 هٰذَا مِفْتَاحٌ = ini adalah Kunci

⚗ هٰذَا مَكْتَبٌ = ini adalah Meja

🛏 هٰذَا سَرِيْرٌ = ini adalah tempat tidur

🛋 هٰذَا كُرْسِيٌّ = ini adalah Kursi

💭 Mengapa diselipkan kata 'adalah'❓

🔓 Karena هٰذَا بَيْتٌ adalah susunan Mubtada' Khobar.

👈 هٰذَا = 'Mubtada
👈 بَيْتٌ = Khobar

🔖 Setiap Mubtada' ,maka pasti memiliki Khobar.

🔎 Mubtada' = Isim Rofa' yang di terangkan. (Kebanyakannya terletak di awal kalimat)
🔎 Khobar = Isim Rofa' yang menerangkan Mubtada' (menyempurnakan makna mubtada')

📝 Tidak HARUS diselipkan kata 'adalah' bisa juga tidak diselipkan.

Contoh :
🕌 هٰذَا مَسْجِدٌ = ini Masjid


📚 Sumber : دروس اللغة العربية

✍ Penerjemah & Penulis : 
Al-Akh Rahmat Abu Dzulqarnain حفظه الله

~~~~~~~~~~~~~~~~~
Join Channel Telegramnya :
t.me/kelasbhsarab

Selasa, 21 April 2020

Maf'ul Lah

Kaidah ke-19 adalah Maf'ul Lah


Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyampaikan,



Sejatinya maf'ul lah adalah sebab terjadinya fi'il. Setiap yang berakal pasti melakukan perbuatan dengan alasan. Jika alasan tersebut dimunculkan dalam kalimat itulah yang disebut maf'ul lah dalam Nahwu.


Sehingga maf'ul lah adalah Isim manshub yang berbentuk masdar, yang berfungsi untuk menjelaskan sebab terjadinya. Ada dua bentuk maf'ul lah yang bisa kita gunakan.


Yang pertama berbentuk Isim nakiroh misalnya, 


زرته إكراما


Aku mengunjunginya untuk menghormati. 


Kedua berbentuk mudhaf, misalnya,


ذهبت إلى المدرسة طلب العلم


Aku pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu. 


Sedangkan jika bentuknya selain dari itu maka harus ditambahkan huruf ل sebelumnya. Misalnya،


زرته للإكرام

Minggu, 19 April 2020

TANDA-TANDA ISIM

🎒AYO....WAKTUNYA BELAJAR❗️⏰

📚 AL-MUYASSAR FII ILMIN NAHWI 📚

7⃣ Bagian ke -7
🌱 TANDA-TANDA ISIM
yaitu :

1. Al khofdh : (Kasrohnya diakhir isim/Yg bisa mnggantikan kasroh)
👉 Contoh 
 بسمِ اللّٰهِ الرحمنِ الرحيمِ

🔎 Perhatikan harokat 'akhir' pada kata  بسمِ , اللهِ , الرحمنِ , الرحيمِ  
Kempat 'akhir' kata tersebut berharokat Kasroh. Maka kata tersebut termasuk ISIM.


2. At Tanwin : ( ' ٌ   ٍ   ً  ' )
🔎 Apabila ada 'kata' dan harokat 'akhirnya' dengan 'tanwin' , maka kata tersebut termasuk ISIM.
👉 Contoh

رجلٌ : Laki-laki dewasa 
امرأةٌ : Perempuan
ولدٌ : (Anak kecil (Laki²
 بنتٌ : (Anak kecil (Perempuan

3. Diawali dengan alif dan lam. ( ال )
👉 Contoh :

الأستاذُ : Ustadz
الأستاذةُ : Ustadzah
الطالبُ : Pelajar (Laki²)
الطالبةُ : (Pelajar (Perempuan

4. ( Masuk pada awal isim) Huruf jar.
🔎 Apabila ada 'kata' dan di 'awal kata' tersebut kita temukan 'huruf jar' maka kata tersebut termasuk ISIM.
👉 Contoh :

مِنْ 👈🏻 مِنَ اللّٰهِ
فِي 👈🏻 في البيتِ
إلى 👈🏻 إلى المسجدِ
عَلَى 👈🏻 على الكرسيِّ

 🖊 Jadi, isim yang diawali huruf Jar berharokat 'kasroh' atau yg bisa menggantikan 'kasroh' ( ِ  )


📚 Sumber kitab : Muyassar Fii Ilmin Nahwi Karya A.Zakariya

📲 Channel Telegram :
https://t.me/kelasbhsarab

Selasa, 14 April 2020

Tahap perkembangan fiqh. Tahap Kedua: Masa empat khalifah



Fase kedua pada buku halaman 55, disebut fase pembentukan, yang mencakup masa empat khalifah yang lurus. Diawali dengan Abu Bakar 632 hingga khalifah keempat Ali tahun 661. Periode selama 29 tahun. Hadist Nabi, “Hendaklah engkau mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus dan diberi petunjuk, gigitlah dengan gigi geraham…,” membuat kepemimpinan mereka mendominasi setelah kepergian Nabi Muhammad SAW.


Para khalifah membuat suatu prosedur dasar dalam memecahkan masalah, terdiri dari lima bagian.


Yang pertama, merujuk kepada Al Quran. 


Para khalifah memiliki pengetahuan yang cukup tinggi mengenai Al Quran. Abu Bakar adalah penghafal Quran, Umar bin Khattab menghafal Quran setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dst. Sejalan dengan itu, mereka pun merujuk kepada Sunnah. Mereka akan mengumpulkan para sahabat dan bertanya apakah ada yang mendengar pendapat Nabi mengenai ini, mengenai itu, dsb. Jadi bila ditemukan riwayat yang berkenaan, kemudian dikombinasi dengan sumber Quran, itu sudah cukup untuk menetapkan aturan atas suatu masalah.


Apabila tidak ada kejelasan dari Al Quran dan Sunnah, mereka akan mengumpulkan para sahabat dekat, bukan seluruh umat, yang pada saat ini Tentunya sudah mengalami peningkatan. Pada saat ini banyak sahabat yang sudah meninggalkan pusat pemerintahan, meskipun beberapa sahabat utama seperti Umar bin Khattab tidak mengijinkannya. Mereka diperintahkan untuk menetap di Mekkah dan Madinah. Diperkenankan untuk sahabat yang dikenal sebagai ahli perang, seperti Khalid bin Walid, namun bagi sahabat yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai masalah hukum atau aturan, dijadikan nara sumber dalam lembaga konsultasi atau Syura untuk mengambil keputusan. Jika Syura tidak mencapai kesepakatan, tiap orang memiliki pendapat yang tidak sama, mereka tetap harus membuat keputusan. Prinsip yang digunakan adalah suara terbanyak. Jadi suara terbanyak di dalam Syura akan membuat keputusannya.


Prinsip selanjutnya adalah ijtihad yang dilakukan seperlunya oleh khalifah. Bisa dilakukan setelah konsensus, apabila contohnya khalifah mendukung salah satu pendapat tertentu. Khalifah memiliki hak untuk mendukung pendapat dengan suara minoritas dan mengambil alih pengambilan keputusan dengan ijtihadnya. 


Yang kedua, apabila ada sunnah atau pendapat Rasulullah SAW yang baru diketemukan setelah mereka membuat suatu keputusan, mereka akan segera membatalkan dan langsung menggunakan apa yang diriwayatkan dalam sunnah. 


Pada saat Nabi Muhammad SAW wafat, ada perselisihan mengenai tempat dimakamkannya beliau. Ada yang ingin memakamkannya di masjid, ada yang ingin memakamkannya di tanah pekuburan, di berbagai lokasi. Kemudian sahabat mengingat suatu hadist yang berhubungan, bahwa seseorang dikuburkan di tempatnya meninggal. Jadi argumen dan diskusi berhenti. Mereka pergi ke rumah Aisyah, memindahkan dipan, dan menguburkan Rasulullah SAW disana. Pada kasus dimana sahabat mengambil keputusan berdasarkan satu hadist, disebut juga al hadith al ahad atau hadist yang diriwayatkan oleh orang yang sama di bagian manapun dari suatu rantai perawi. Untuk menarik aturan, diperlukan lebih dari satu perawi, contohnya Umar bin Khattab, apabila ada seorang sahabat meriwayatkan sesuatu sehubungan dengan kasus tertentu, maka yang lain akan ditanya, apakah ada yang mendukung hadist tersebut.


Jika kita memperhatikan karakteristik umum fiqh pada periode ini, tidak ditemukan adanya faksi-faksi. Hal ini disebabkan umat Islam saat itu mempertahankan kesatuan dengan menghormati hak perbedaan ideology diantara mereka. Salah satunya dengan dibentuknya lembaga konsultasi atau Syura. Para khalifah mengandalkan Syura dalam mengambil keputusan. Jarang khalifah mengambil alih konsensus Syura, pada umumnya khalifah mengikuti apa yang diputuskan oleh lembaga tersebut. Khalifah juga mewakili suara umat mayoritas dan memilah apa-apa yang penting dan layak diutamakan.


Yang kedua, pada zaman Khulafaur Rasyidin, saat itu para sahabat utama masih dipertahankan di pusat pemerintahan sehingga relative mudah untuk mencapai konsensus. Di kemudian hari, saat pusat kekhalifahan tidak mempertahankan para sahabat, imam dan para muridnya di pusat pemerintahan, sehingga mereka tersebar, menyebabkan kesulitan dalam membuat konsensus. Ahmad bin Hambal berkata, “hanya akui ijma’ yang dilakukan padazaman sahabat, siapa yang mengakui ijma di zaman setelah sahabat adalah pembohong”. Beliau tidak benar-benar mengatakan mereka pembohong, itu caranya mengekspresikan bahwa menurutnya ijma setelah zaman sahabat adalah tidak benar. Tentunya ada saja ulama yang memiliki pendapat yang berbeda.


Fakta ketiga. Setelah melihat aturan-aturan yang dibuat oleh para sahabat, pada umumnya tidak semua sahabat membuat aturan. Saat mereka diminta untuk membuat fatwa, mereka akan meneruskannya kepada sahabat lain, yang akan meneruskannya lagi, dan lagi, dan seterusnya hingga mencapai sahabat utama. Seperti empat Abdullah yang disebut Al abadillah al arba’a, yaitu Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dan Abdullah bin Umar. Meskipun mereka pakar-pakar keilmuan era sahabat, mereka tidak membuat aturan melainkan meneruskannya ke pihak-pihak yang mereka anggap lebih layak.


Yang keempat. Periwayatan hadist zaman ini terbatas, tidak begitu banyak. Hadist diriwayatkan sesuai kebutuhan. Dari 15 sahabat utama Nabi, 80% hadist disampaikan oleh 10 sahabat saja. Di luar itu, anda bisa melihat penurunan yang drastis. Hanya sebagian kecil sahabat yang meriwayatkan hadist karena kebanyakan takut untuk melakukan kesalahan dalam mengutip Nabi Muhammad SAW. Dalam hadist riwayat Bukhori & Muslim, “Barang siapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” Jadi dikarenakan rasa takut salah mengutip Nabi Muhammad SAW, mereka sangat enggan untuk meriwayatkan hadist, kecuali mereka benar-benar yakin sepenuhnya atau apabila tidak ada siapapun yang mengetahuinya, baru kemudian mereka bersedia meriwayatkannya.Selain itu, di era khalifah Umar Bin Khattab, beliau memerintahkan para sahabat untuk mempelajari Quran dan mengurangi periwayatan hadist. Pada zaman itu, apa yang ada sudah cukup untuk menghadapi permasalahan-permasalahan. Permasalahan baru tidaklah sebanyak yang ditemukan di era Utsman bin Affan, dimana pada era tersebut, banyak aturan dari era Umar bin Khattab dibatalkan.


Karakteristik kelima, yang terakhir, yaitu fiqh kesatuan. Artinya pemimpin Negara adalah pemimpin mazhab. Pada saat kepemimpinan Abu Bakar, Mazhab Abu Bakar. Di zaman Umar, Mazhab Umar, di Zaman Utsman, Mazhab Utsman, hingga Ali, Mazhab Alawi.


Minggu, 12 April 2020

_Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Luqman Ayat 34 Bagian Pertama_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 01 Sya’ban 1441 H
| 26 Maret 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-39*
📖  _Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Luqman Ayat 34 Bagian Pertama_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.
 
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala,

ونؤ من بأن الله 

Dan kita beriman bahwasanya Allah, 

عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ  عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

Yang artinya, “Dan di sisi Allah”, di sisi Allah  (عنده) pengetahuan (علم الساعة) tentang (الساعة). 

Yang dimaksud (الساعة)  adalah waktu meninggalnya seluruh manusia dengan ditiupnya sangkakala oleh malaikat Isrofil, 

وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang menurunkan (الغيث) hujan,

وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ

Dan Dialah yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim.

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا

Dan sebuah jiwa tidak mengetahui apa yang akan dia lakukan besok.

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

Dan sebuah jiwa tidak mengetahui di mana dia akan meninggal dunia.

إِنَّ اللَّهَ  عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Dialah yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi.

Ayat ini adalah perincian dari 

مَفَاتِحُ الْغَيْبِ

Kunci dari ilmu yang ghaib, yang jumlahnya ada lima, disebutkan dalam ayat ini:

١. عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ

Allah Subhanahu wa Ta'ala di sisi-Nya ada ilmu tentang kapan kejadian الساعة

الساعة

Sekali lagi adalah waktu meninggalnya seluruh manusia di akhir zaman, ketika malaikat Isrofil beliau meniup sangkakala dan ini adalah tiupan yang pertama inilah yang dimaksud (الساعة)

Disebutkan dalam hadits bahwasanya (الساعة) ini terjadi di hari Jum'at, namun kita tidak mengetahui Jum'at yang mana. Yang mengetahui dengan pasti adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan disebutkan dalam hadits pula bahwasanya hewan dan juga binatang setelah waktu fajar sampai terbitnya matahari mereka dalam keadaan takut, khawatir apabila datang (الساعة) di hari Jum'at tersebut.

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengkhususkan ilmu tentang (الساعة) ini hanya untuk diri-Nya. Allah tidak beritahukan kepada yang lain, dan dia adalah termasuk kunci ilmu ghaib. 

Dan di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ

[QS Al-A'raf: 187]

"Mereka bertanya tentang hari kiamat, kapan datangnya?” 

Dan mereka adalah orang-orang yang ingkar, ingin memperolok-olok Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam ketika diancam dengan akan datangnya hari kiamat, hari di mana mereka akan diadzab, mereka mengatakan, 'Kapan terjadinya hari kiamat?’ 

Seakan akan mereka menantang Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau disuruh untuk mengatakan,

قُل إنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَ بَّي

"Katakanlah sesungguhnya ilmu tentang hari kiamat adalah di sisi Allah",

وَعِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَة

"Ilmunya adalah di sisi Allah, bukan di sisi manusia"

Sehingga kalau di sisi Allah, Dialah yang mengetahui dan tidak diketahui oleh manusia

لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ

"Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menampakkan hari kiamat ini waktunya, kecuali untuk Diri-Nya Sendiri (Allah)”

Dialah yang mengetahui-Nya, sehingga ketika malaikat Jibril 'alaihi salam datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan beliau menjelma menjadi seorang manusia yang sempurna, dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengetahui bahwasanya dia adalah malaikat Jibril, dan malaikat Jibril bertanya,

فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ

Kabarkan kepadaku tentang kapan terjadinya hari kiamat?

Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengatakan,

مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ

"Tidaklah yang ditanya, (yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam) karena saat itu beliau yang ditanya" 

بِأَعْلَمَ

"Lebih tahu dari yang bertanya.”

[HR Muslim, no.8]

Dan yang bertanya adalah malaikat Jibril, jadi yang ditanya dan dia adalah Nabi yang paling mulia kemudian yang bertanya adalah malaikat Jibril, malaikat yang paling mulia, dua-duanya tidak mengetahui tentang kapan terjadinya hari kiamat.

Seandainya ilmu tentang kapan terjadinya hari kiamat diberitahukan oleh Allah kepada makhluk-Nya tentunya diberikan ilmu tersebut kepada orang yang paling dekat dengan Allah, atau malaikat yang paling dekat dengan Allah, tapi ternyata Allah Subhanahu wa Ta'ala mengkhususkan ilmu ghaib ini yaitu tentang kapan terjadinya hari kiamat hanya untuk diri-Nya. Sehingga kalau Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan malaikat Jibril tidak mengetahui, lalu bagaimana dengan orang lain, lalu bagaimana masih ada orang yang mereka mengaku mengetahui ilmu yang ghaib, yaitu mengetahui kapan terjadinya hari kiamat.

Kalau ada yang mengaku mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, mengatakan, bahwasanya terjadi hari kiamat tanggal 9 bulan 9 tahun 99 misalnya, maka seorang muslim tidak ragu ragu untuk mengatakan bahwasanya dia adalah pembohong. Orang yang mengatakan terjadinya hari kiamat tanggal sekian, bulan sekian dan seterusnya ini adalah (كذاب) dia adalah seorang pendusta, harus kita dustakan.

Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dialah yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, dan Allah tidak memberitahukan tentang ilmu yang ghaib ini kepada siapapun. 

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, dan Insya Allah kita lanjutkan pada sesi berikutnya

════ ❁✿❁ ════

Sabtu, 11 April 2020

_Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS QS. Luqman Ayat 34 Bagian Kedua_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 02 Sya’ban 1441 H
| 27 Maret 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-40*
📖  _Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS QS. Luqman Ayat 34 Bagian Kedua_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah 

Kemudian Allah berfirman,

وَيُنَزِّلً الْغَيْثَ 

"Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menurunkan hujan" [QS Luqman: 34]

Dan Dialah yang mengetahui kapan terjadinya hujan. Yang dimaksud ( الْغَيْث) di sini menurut sebagian ulama adalah hujan yang memberikan manfaat. Ada yang mengatakan demikian, yaitu hujan yang mendatangkan manfaat, bisa menumbuhkan tanaman. 

Maka inilah yang dimaksud dengan (الْغَيْث). Dinamakan (الْغَيْث) kalau dia bisa bermanfaat dan bisa menumbuhkan tanaman. 

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang menurunkan dan Dialah yang Maha Mengetahui kapan diturunkan (الغيث) tadi, kapan waktunya yang pas. Tidak ada yang mengetahui yang demikian kecuali Allah. Pas waktunya, tunas atau tumbuhan atau biji-bijian itu waktunya untuk tumbuh, yang mengetahui waktu yang pas diturunkan hujan tadi hanyalah Allah. Dan  Dialah yang mengetahui di mana biji-bijian tadi bisa tumbuh dengan sebab hujan tadi. 

Ini yang mengetahui hanya Allah, yang mengetahui dengan pasti kapan terjadinya hujan tadi dengan detiknya, dengan sedetail-detailnya, dan di tempat yang mana, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang Maha Mengetahui.

Adapun manusia maka tidak mengetahui yang demikian. Bagaimanapun kehebatannya, dia tidak akan mengetahui, kapan terjadinya hujan secara pasti. Dengan sedetail-detailnya, berapa jumlahnya dan kapan terjadinya, di tempat mana dia akan turun. 

Yang bisa dia lakukan hanya sekedar mengira-ira saja. Melihat hujan atau dia melihat angin yang berhembus kemudian memperkirakan maka akan terjadi mendung, akan terjadi hujan di sore harinya, itu perkiraan manusia dan dia tidak bisa memastikan.

Adapun Allah Subhanahu wa Ta'ala maka Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah pastikan akan turun hujan pada saat tersebut. Ini tidak akan diketahui manusia. Itupun ketika mereka memperkirakan cuaca terkadang salah terkadang benar, tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan.

Menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang

يَنَزِّلُ الْغَيْثَ 

Dialah yang menurunkan hujan dan Dialah yang Maha Mengetahui tentang perincian dari hujan tadi. Kapan turunnya, di mana dia akan turun, berapa kubik jumlahnya.

Kemudian yang ketiga, 

وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ

"Dan Dialah yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim" [QS Lukman: 34] 

Yang dimaksud dengan rahim di sini adalah tempat janin yang ada di dalam perut seorang wanita atau betina kalau dia adalah hewan, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim-rahim tersebut. Baik rahim seorang manusia maupun hewan. Dia berada di dalam perut ibunya. 

Semua dari segala sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim tersebut, kapan dia mulai tumbuh, kapan pertemuan antara sel telur dari laki-laki maupun dari wanita, bagaimana pertumbuhan dia, kapan dia akan lahir, kapan dia terbentuk anggota badannya, kapan terbentuk matanya, apakah dia kelak akan laki-laki atau wanita. 

Bahkan apa yang akan terjadi ketika setelah dia lahir di dalam kehidupannya, berupa rejekinya, berupa amalannya, berupa ajalnya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala,

يَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَام 

"Allah mengetahui apa yang ada di dalam rahim manusia" [QS. Lukman: 34]

Tidak ada yang samar bagi Allah. 

Adapun manusia yang bisa mereka lakukan di zaman sekarang ada alat yang bisa melihat di dalam janin, itu pun sangat terbatas, dia bisa mengetahui ini laki-laki atau wanita ketika sudah berumur misalnya sudah lebih dari empat bulan atau lebih dari lima bulan.

Itupun kadang salah kadang benar, kadang kelihatan kadang tidak. Karena tertutupi sesuatu misalnya, kemudian kadang benar dan terkadang ketika lahir ternyata tidak seperti yang mereka perkirakan, itu keadaan kita dan teknologi yang ada.

Itupun mereka bisa mengetahuinya dalam waktu yang tertentu, mereka sebelumnya tidak tahu. Dan sebagian ulama mengatakan kalau sudah ada jenis kelaminnya laki-laki maupun wanita, maka ini bukan ilmu ghaib lagi yang khusus bagi Allah. 

Kenapa?

Karena ketika dia sudah menjadi laki-laki atau wanita, maka malaikat pun dia tahu tentang hal ini. Kalau malaikat tahu, berarti bukan ilmu ghaib lagi, yang khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Tapi sebelumnya, sebelum itu dibentuk menjadi laki-laki atau wanita maka ini ilmu yang ghaib, tidak mengetahuinya kecuali Allah, termasuk malaikat tidak mengetahui. Tapi kalau sudah menjadi laki-laki atau wanita dan ini ketika sudah berumur empat bulan, maka ini sudah bukan lagi ilmu yang ghaib. Diketahui oleh malaikat dan bisa diketahui oleh dokter.

وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَام 

"Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui apa yang ada di dalam rahim.” [QS Lukman: 34]

وَمَا تَدْرِي نَفْسُ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا 

"Dan sebuah jiwa tidak mengetahui apa yang akan dia lakukan besok.” [QS Lukman: 34]

Apa yang akan dia lakukan besok dia tidak tahu, besok itu akan terjadi apa? Bagi dia tidak tahu apalagi yang terjadi pada orang lain, padahal dia sudah punya rencana mungkin. 

Rencananya besok akan melakukan ini, melakukan itu, itu baru rencana saja, tapi kita tidak tahu mengetahui kejadian yang sebenarnya besok. Kita tidak mengetahui kejadian apa yang sebenarnya akan terjadi besok. Mungkin kita sekarang merencanakan tentang sesuatu A, ternyata yang terjadi besok B, maka ini termasuk مَفَا تِحُ الْغَيْبِ, kunci ilmu ghaib, yang tidak mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُو. Sebagaimana dalam ayat sebelumnya. 

Kemudian Allah mengatakan,

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوت 

"Dan sebuah jiwa tidak mengetahui di daerah mana dia akan meninggal dunia.” [QS Lukman: 34]

Di daerah mana dia akan meninggal dunia, dia tidak mengetahui, ini adalah kekhususan bagi Allah. Dia bisa berencana ingin meninggal di desa saya, saya ingin meninggal di kota Madinah, saya ingin meninggal di tempat tertentu, tapi itu hanya sekedar keinginan.

Tetapi ilmu dan pengetahuan bahwasanya dia akan meninggal di sebuah tempat, ini tidak ada yang mengetahui kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga banyak manusia yang punya keinginan, mungkin dia meninggal di daerahnya tapi ternyata dia meninggal di daerah lain. 

Ada sebagian mereka dari kecil tidak pernah keluar kemana-mana, tinggal di tempat tersebut.  Dan dia mengira bahwasanya dia akan meninggal di tempat tersebut, tapi ternyata di sana ada sebab karena sudah ditakdirkan oleh Allah, dia akan meninggal di sebuah tempat, maka di sana ada sebuah sebab yang akan menjadikan dia meninggalkan daerah tersebut dan dia meninggal di tempat yang lain yang sudah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Maka ini adalah ilmu yang ghaib, tidak mengetahui kapan dan di mana seseorang akan meninggal dunia, kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.

إِنَّ اللهَ عَلِيمُ خـبِيرُ 

"Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Mengetahui" [QS Lukman: 34]

(Kata) خبير, artinya Allah mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi. Ada yang mengatakan (حبير) ini lebih khusus daripada (عليم), kalau (عليم) umum, baik yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi.

Adapun (خبير) maka ada yang mengatakan yaitu mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi. Kalau yang tersembunyi saja Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahuinya, lalu bagaimana dengan perkara-perkara yang kelihatan.

Semoga Allah Subhanahu wa Taala menambah keimanan kita dengan mendengar ayat-ayat yang mulia ini dan mematikan kita di atas keimanan kepada-Nya dan juga keimanan kepada rukun iman yang lain.

Mungkin itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini semoga Allah Subahnahu wa Ta'ala memberikan kepada kita  ilmu yang bermanfaat.

و بالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

Jumat, 10 April 2020

_Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Pertama_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SENIN_
| 05 Sya’ban 1441 H
| 30 Maret 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-41*
📖  _Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Pertama_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala: 

و نؤمن  بأن الله يتكلم بما شاء متى شاء كيف شاء

"Dan kita (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) beriman (meyakini, percaya) bahwasanya Allah يتكلم  (Allah berbicara).”

Ini adalah sifat di antara sifat-sifat Allah dan ini bagian dari keimanan kita kepada Allah. Di antaranya adalah beriman bahwasanya Allah itu berbicara, yaitu memiliki sifat kalam.

Dan ini adalah aqidah kita (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) yang tidak ada keraguan di dalamnya.

بما شاء

"Allah berbicara sesuai dengan kehendaknya.” 

Allah berbicara dengan bahasa yang Dia kehendaki, terkadang dengan bahasa Arab, bahasa Ibrani atau dengan bahasa yang lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara sesuai dengan kehendaknya.

⇒ Al-Qur'an adalah kalamullah diturunkan dengan bahasa Arab.

⇒ Taurat adalah termasuk kalamullah diturunkan dengan bahasa Ibrani.

⇒ Injil  adalah kalamullah diturunkan dengan bahasa Suryani.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara sesuai dengan kehendaknya.

متى شاء 

"Kapan saja Allah menginginkan.” 

Allah berbicara di malam hari, di siang hari, di pagi, di sore, itu adalah kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kapan saja Dia menghendaki untuk berbicara maka itu kembali  kepada Allah.

كيف شاء

"Bagaimana caranya dia berbicara"

Apakah Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara dengan suara yang keras atau dengan suara yang rendah. Ini semua kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah secara global aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang masalah kalamullah.

Jadi Allah berbicara dengan apa yang Dia kehendaki, kapan Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia kehendaki. Menunjukkan bahwasanya kalamullah adalah berkaitan dengan masyiatullah dan dia adalah حدث atau baru. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara apabila Allah menghendaki (berkaitan dengan masyiatullah Azza wa Jalla).

Kemudian beliau mendatangkan beberapa ayat yang berkaitan dengan masalah kalam ini, karena Ahlus Sunnah wal Jama'ah ketika mereka beraqidah, tidaklah mereka beraqidah kecuali berdasarkan dalil. Apalagi ini masalah nama dan sifat Allah yang tauqifiyyah. Kita menerima jadi dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

 وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِيمٗا

"Dan Allah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benar pembicaraan” (QS An-Nisa': 164)

Di dalam ayat ini jelas Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada kita bahwasanya Allah berbicara kepada Musa.

 وَكَلَّمَ ٱللَّهُ

Lafdzul jalallah di sini sebagai fail. Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah yang berbicara, adapun Musa di sini sebagai maf'ul (yang diajak berbicara). Menunjukkan bahwasanya Allah memiliki sifat kalam. 

Berbicara kepada siapa yang Allah kehendaki, dengan kehendak-Nya, kapan Dia menghendaki dan cara apapun yang Dia kehendaki, kepada siapa Dia berbicara, kembali kepada kehendak Allah. 

Di sini Allah berbicara kepada Nabi Musa alaihissalam, sehingga Nabi Musa alaihissalam gelar beliau adalah kalimullah (orang yang pernah Allah ajak berbicara). Karena tidak semua nabi pernah diajak berbicara langsung oleh Allah. Ini adalah anugerah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّهُ

"Itu adalah para rasul, kami muliakan sebagian mereka di atas sebagian yang lain di antara mereka ada yang Allah ajak berbicara.” (QS Al-Baqarah: 253)

Di antaranya adalah Nabi Musa alaihissalam, kemudian Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam beliau juga kalimullah, kemudian Nabi Adam alaihissalam yang juga pernah diajak bicara langsung Allah Azza wa Jalla.

Ini menunjukkan sifat kalam bagi Allah تَكۡلِيمًا dengan sebenar-benar pembicaraan dan dalam bahasa Arab dinamakan dengan maf'ul mutlaq yang fungsinya adalah menunjukkan kesungguhan atau penguatan sehingga ketika dikatakan:

 وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِيمًا 

Artinya Allah benar-benar berbicara kepada Musa.

Dan ini membantah sebagian yang mengatakan bahwasanya ini sekedar majas saja bukan hakiki. 

Firman Allah تَكۡلِيمًا menunjukkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala benar-benar berbicara kepada Musa. Dengan kalam, dengan  sifat bicara yang sesuai dengan keagungan Allah. 

Tidak sama dengan bicaranya manusia, jangan dibayangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara seperti manusia memiliki bibir, memiliki lidah dan seterusnya. Tidak ! Itu adalah kalam yang dimiliki oleh manusia.

Adapun Allah Subhanahu wa Ta'ala maka sifat Allah adalah sesuai dengan keagungan-Nya tidak sama dengan sifat makhluk. Karena kaidah secara umum, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak serupa dengan makhluk baik dzat , sifat dan nama-Nya.

Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla:

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada yang serupa dengan Allah sesuatu apapun dan Dia adalah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (QS Asy-Syura: 11)

Penetapan kita bahwasanya Allah mendengar dan Dia melihat bukan berarti kita menyamakan Allah dengan makhluk yang juga mendengar dan melihat tetapi

 لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ 

“Tidak ada yang serupa dengan Allah.”

Allah mendengar dan pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran makhluk dan Allah melihat dan penglihatan Allah tidak sama dengan penglihatan makhluk.

Demikian pula dalam masalah ini, kita mengatakan bahwasanya Allah berbicara sesuai dengan keagungan-Nya dan tidak sama dengan kalam dan sifat bicara yang dimiliki oleh manusia.

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِيمًا

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan in sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════

Kamis, 09 April 2020

AGAMA ADALAH NASIHAT

┏📚🍃━━━━━━━━━┓
    *Kuliah Studi Islam (KSI)*
┗━━━━━━━━━🖊✉️┛
*Paket  : 08*
*Bab      : 07*
*Judul    : AGAMA ADALAH NASIHAT*

===📚===

بسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

_Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh._

Nasihat dalam agama Islam sangatlah penting. Nasihat merupakan asas dan tiang agama ini. 


*Makna nasihat* menurut para ulama adalah satu kalimat yang menyeluruh untuk mengungkapkan perhatian yang penuh terhadap sesuatu yang menunjukkan keinginan yang baik terhadap apa yang dinasehati. 

Dengan makna ini maka ada yang disebut nasehat untuk Alloh yakni memberikan perhatian yang penuh kepada Alloh, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum muslimin dan bagi kaum muslimin umumnya. 

*Nasihat untuk Alloh adalah* dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Alloh dan menjauhi kesyirikan.

*Nasihat bagi kitab Alloh (al-Qur’an) adalah* dengan membela Al-Qur’an dari yang menyelewengkan dan mengubah maknanya, membenarkan setiap apa yang dikabarkan tanpa ada keraguan sedikit pun, menjalankan setiap perintah dalam Al-Qur’an, menjauhi setiap larangan dalam Al-Qur’an, mengimani bahwa segala hukum yang ada dalam al-Qur’an adalah sebaik-baik hukum, dan mengimani bahwa Al-Qur’an itu kalamullah secara huruf dan makna, bukan makhluk.

*Nasihat bagi rasul-Nya adalah* dengan mengikuti setiap tuntunan-Nya, mengimani bahwa beliau adalah utusan Alloh, tidak mendustakannya, menjalankan setiap perintah beliau, menjauhi setiap larangan beliau, membela syari’atnya, membela Nabi ketika hidup dan ketika telah tiada dan membela serta mendakwahkan ajaran beliau.

*Nasihat kepada ulama kaum muslimin* mencakup: mencintai mereka, menolong mereka dalam menjelaskan kebenaran, membela kehormatan mereka, meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang baik dan mengingatkan mereka dalam kebaikan.

*Nasihat kepada penguasa yang melaksanakan syari’at Alloh* mencakup: meyakini bahwa mereka adalah pemimpin, menyebarkan kebaikan mereka, menjalankan perintah dan menjauhi setiap hal yang dilarang dari penguasa selama bukan dalam rangka bermaksiat kepada Alloh, menutup aib mereka sebisa mungkin bukan bermudah-mudahan menyebarnya, tidak boleh memberontak kepada mereka kecuali melihat ada kekufuran yang nyata dengan dalil pasti dan ada kemaslahatan yang besar.

*Nasihat kepada sesama kaum muslimin* berarti menunjuki berbagai kebaikan untuk mereka dalam urusan dunia dan akhirat, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.

============================
*SILAHKAN KIRIM PERTANYAAN ANDA TTG MATERI INI VIA WA. SOAL-SOAL ANDA SEBATAS MATERI KSI AKAN  DIJAWAB PADA STADIUM GENERAL YANG AKAN KAMI LAKSANAKAN DI KOTA ANDA. WAKTU DAN LOKASI AKAN KAMI INFOKAN.*
*INSYAALLOH..*
*FORMAT PERTANYAAN:*
PAKET# NO BAB# KOTA#NO MEMBER#ISI PERTANYAAN
*CONTOH:*
1#3#JAKARTA#SM-123#Bagaimana cara agar ibadah kita lebih khusyu?

============================
🌐 *MEDIA LEMBAGA STUDI ISLAM*

Web : www.elsihasmi.com
WA   : http://wa.me/6282122669373
https://www.youtube.com/c/LembagaStudiIslam

🔊 *Lembaga Studi Islam (eLSI)* 🔊

_Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Kedua_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SELASA_
| 06 Sya’ban 1441 H
| 31 Maret 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-42*
📖  _Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Kedua_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.

Ada sebagian orang-orang yang menyimpang karena memang di dalam hatinya sudah ada penyakit. Kemudian dia merasa pernah belajar bahasa arab, berusaha untuk mentahrif (merubah) kalamullah supaya sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan hawa nafsunya dan dia membaca,

وَكـلَّمَ اللَّهَ مُوسَى تَكْلِبمًا 

Padahal asalnya,

وَكـلَّمَ اللَّهُ

Dia ingin menjadikan Musa “dialah yang melakukan”, dialah yang berbicara, sementara “Allah, Dialah yang diajak berbicara”. Sehingga dia merubah harakat. Dia membacanya,

وَكـلَّمَ اللَّهَ مُوسَى تَكْلِبمًا 

Sehingga “Musa yang berbicara” sementara “Allah, Dialah yang diajak bicara”. Maka ini adalah (ضَلَـٰلًا) kesesatan seseorang merubah kalamullah supaya sesuai dengan hawa nafsunya.

Baik, seandainya ini adalah benar secara bahasa. Bagaimana dia akan memahami firman Allah yang akan disebutkan oleh syaikh setelahnya di sini. Yaitu di dalam surat Al-A'raf ayat 143. Mungkin dia bisa membolak-balikan harokat seperti pada surat An-Nisa ayat 164, dan ini adalah sebuah kesesatan, tapi dia tidak bisa melakukannya di dalan surat Al-A’raf 143, yaitu firman Allah,

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ 

“Dan ketika Musa datang kepada perjanjian Kami”. 
⇒ Nabi Musa alaihissalam memenuhi panggilan Allah.

وَكَلَّمَ اللَّهُ رَبُّهُ

“Dan Rabbnya berbicara kepadanya”. 
⇒ Nabi Musa alaihissalam datang kepada Allah Subhanahu wa Taala, kemudian Allah berbicara kepadanya.

وَكَلَّمَ اللَّهُ رَبُّهُ 

Rabbuhu di sini adalah fail, Rabb marfu'. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dialah Rabb yang berbicara kepada Musa alaihissalam.

وَكَلَّمَ اللَّهُ

Mana ma'fulnya, ma'fulnya adalah dhamir ⇒ dhamir hu

Seandainya mereka bisa membolak balik harakat pada ayat sebelumnya, maka pada ayat ini mereka tidak bisa, seandainya mereka  merubah menjadi رَبَّهُ

وَكَلَّمَهُ رَبَّهُ

Maka ini dalam bahasa arab tidak dibenarkan dan akan membuat tertawa orang yang bisa memahami bahasa arab. Tidak  mungkin dibaca وَكَلَّمَهُ رَبَّهُ.  Karena di sini ada dua maf'ul dan tidak ada di sana failnya, tidak ada pelakunya.

⇒ Hu (هُ) di sini tidak mungkin jadi fa'il. Apabila datang setelah fi'il maka dia senantiasa menjadi maf'ul, tidak mungkin dia jadi fa'il.

Sehingga jelas ayat ini menunjukkan bahwasanya Allah, Dialah yang berbicara kepada Musa.

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ

"Dan Allah berbicara kepada Musa alaihissalam.” 

Demikian orang-orang yang menyimpang, karena mereka mengikuti hawa nafsu sehingga banyak تناقض (pertentangan) di antara mereka. Banyak pertentangan sendiri dalam dalil-dalil yang mereka datangkan.

Adapun ahlus sunnah  wal jamaah maka mereka الاستسلام لله. Mereka menyerahkan diri mereka secara total kepada Allah dan tidaklah mereka beraqidah kecuali setelah mengumpulkan dalil-dalil, baik dari Al-Quran maupun dari As-sunnah, melihat ucapan para salaf, barulah mereka menyimpulkan sebuah aqidah.

Berbeda dengan orang-orang yang menyimpang, maka mereka memiliki aqidah terlebih dahulu baru setelah itu mereka mencari dalilnya. Dalil yang kira-kira bisa diplintir, bisa dibawa kepada pemahaman mereka.

Kemudian juga di sini disebutkan, yaitu di dalam surat Al-Araf ayat 143, ketika Nabi Musa alaihissalam datang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, kemudian di sana terjadi pembicaraan, percakapan antara Allah dengan Nabi Musa alaihissalam. 

Ini menunjukan bahwasanya kalamullah ini adalah dengan masyi'ah. Kalamullah ini adalah dengan kehendak Allah, makanya dia dari satu sisi termasuk sifat fi’liyah, karena dia berkaitan dengan kehendak Allah. 

Nabi Musa mengatakan,

رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى

Nabi Musa mengatakan ketika dia mendengar kalamullah, kemudian beliau rindu ingin melihat Allah, senang dan gembira mendengar kalamullah, 

كلم رب العلمين

Maka beliau ingin dan rindu untuk melihat Allah, maka beliau mengatakan,

رَبّ أَرِنِى أُنْظُرْ إِلـَيكَ

"Wahai Rabbku tunjukanlah diri-Mu aku ingin melihat Kamu ?"

Setelah itu Allah mengatakan,

لَنْ تَرَأنِي

"Kamu tidak akan melihat-Ku (yaitu di dunia)."

Adanya percakapan ini menunjukkan bahwasanya Allah berbicara dengan pembicaraan yang baru dengan kehendak-Nya dan ini bantahan terhadap sebagian yang mengatakan bahwasanya kalamullah itu adalah tidak berkaitan dengan kehendak Allah. Itu adalah ucapan yang ada di dalam jiwa Allah. 

الكلام القائم بالنفسه سبحنه

Menurut mereka yang namanya kalamullah adalah ucapan Allah yang ada di dalam diri Allah, dan ini sifatnya dzatiyah dari dulu (azaliyah), tidak berkaitan dengan masyiatullah, tidak berkaitan dengan kehendak Allah. 

Jelas ayat ini menunjukan tentang bahwasanya Allah berbicara kapan Dia kehendaki, dengan siapa Dia kehendaki. Berarti sifat kalam bagi Allah, Dia adalah sifat dzatiyah, dilihat dari satu sisi karena Allah Subhanahu wa Ta'ala dari dulu Allah memiliki sifat kalam ini. 

Kemudian Dia adalah sifat fi’liyah.

باختياره الاحاد

Kata para ulama, dilihat dari individu-individu dari ucapan tadi. Allah berbicara kepada malaikat, Allah berbicara kepada Nabi Muhammad, Allah berbicara kepada Nabi Musa. Inikan individu-individu kalam, yaitu Allah berbicara dengan mereka kapan Dia kehendaki. Berarti dilihat dari sisi ini sifat kalam ini adalah sifat fi'liyah, berkaitan dengan kehendak Allah. 

Dan di dalam hadits Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam menyebutkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,

قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ،

Aku membagi Al-Fatihah antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian dan bagi hamba apa yang dia minta, kemudian Allah mengatakan,

فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، 

_dan seterusnya_

Allah mengatakan, "Apabila hamba-Ku mengatakan,"

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Aku berkata, "Hamba-Ku telah memuji-Ku. 

Apabila hamba-Ku mengatakan,"

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Aku berkata, "Hamba-Ku telah memuji-Ku"

“Apabila hamba berkata demikian, Allah berkata demikian”, menunjukkan bahwa Allah berbicara dengan kehendak-Nya, ketika hamba membaca ini maka Allah mengatakan ini. 

Ini juga termasuk dalil yang menunjukkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara sesuai dengan kehendak-Nya dan bahwasannya kalamullah bukan hanya sifat dzatiyah saja, tetapi dilihat dari sisi ini dia adalah sifat fi'liyah.

Adapun ucapan mereka yang bahwasanya namanya kalam adalah apa yang ada di dalam jiwa, maka ini tidak ada dalil. Bahkan dalil menunjukkan bahwasanya namanya kalam itu yang diucapkan, di sana ada hurufnya, di sana ada suaranya. 

Adapun ucapan yang diucapkan oleh jiwa, atau diucapkan oleh hati, maka tidak disebutkan kecuali ada keterangannya. Kalau yang dimaksud adalah kalam yang ada di dalam jiwa, maka ada keterangannya, ada tambahannya. 

Adapun hanya disebutkan “dia berbicara”, maka maksudnya berbicara dengan suara, dengan huruf. Itu kalam menurut orang Arab demikian. Adapun kalau dia bermaksud menyebutkan kalam yang ada dalam jiwa maka dia tambahkan, “dia berbicara dengan hatinya”, oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan di dalam Al-Qur'an,

وَيَقُولُونَ فِىٓ أَنفُسِهِم

"Dan mereka berbicara di dalam jiwa mereka.”

Ketika Allah ingin  bermaksud, bahwasanya kalam di sini adalah ucapan yang ada dalam jiwa mereka, bukan yang disampaikan oleh lisan, maka Allah menambah di situ, 

فِىٓ أَنفُسِهِم

"Yaitu di dalam jiwa mereka.”

Itu dalam dalil Al-Quran maupun Al-Hadits demikian. Tapi kalau disebutkan kalam secara mutlak maka maksudnya adalah yang didengar, yang ada huruf yang ada suaranya.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

Rabu, 08 April 2020

Fiqh 101 : kesimpulan

Di halaman terakhir di bab ini ada kesimpulan yang terdiri dari lima poin utama

1. Hukum islam di Zaman Nabi terdiri dari Syariah yang berasal dari Quran dan Sunnah. 
Dan berhubungan dengan rukun iman dan rukun Islam. Serta hukum sosial ekonomi 
untuk persiapan membentuk Negara muslim baru di Madinah.

2. Latar belakang hukum islam yaitu reformasi manusia, bukan menghilangkan semua 
yang telah ada dan mengganti dengan yang baru. Semua kebiasaan yang baik diakui, 
ini adalah prinsip fiqh, urf, selama tidak bertentangan dengan syariah islam, pernyataan 
rasulullah dsb. Urf bisa menentukan bagaimana satu aturan diberikan. Contoh, di Syria, 
kuda disebut juga Dabba. Namun dalam bahasa Arab, dabba adalah semua yang 
berjalan, merangkak, melata. Jadi apabila anda di Syria, dan memmbuat kontrak jual 
beli kuda dengan menggunakan istilah dabba. Setelah anda dibayar seharga kuda di 
Syria, apabila anda ganti dengan kecoak, secara teknis, menurut bahasa, kontrak 
tersebut sudah terpenuhi. Namun karena faktanya anda berurusan dengan orang Syria 
yang mengerti istilah tersebut, maka hukum menuntut anda memberikan kuda, bukan 
kecoa. Jadi urf diakui selama tidak berlawanan dengan syariah.

3. Untuk mencapai tujuan legislasi, dipakai empat prinsip, yaitu penghilangan kesulitan, 
pengurangn kewajiban religious, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan 
mewujudkan Keadilan universal,

4. Periode ini menandai awal dari evolusi fiqh. Selama periode ini, ilmu deduksi hukum 
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan melakukan ijtihad, yang akan 
menjadi dasar Qiyas.

5. Pada masa ini, mazhab terbentuk dari latihan-latihan ijtihad yang diberikan Rassulullah 

SAW kepada para sahabat. Didasarkan kepada quran dan sunnah, sesuai interpretasi 
Rasulullah SAW, dan narasi oleh sahabatnya.

_Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Ketiga_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _RABU_
| 07 Sya’ban 1441 H
| 01 April 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-43*
📖  _Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Ketiga_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah. 

Kemudian setelahnya beliau mendatangkan firman Allah:

وَنَـٰدَيْنَـٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَـٰهُ نَجِيًّۭا

"Dan Kami memanggilnya dari samping kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami).

Ini masih berkaitan dengan nabi Musa karena beliau adalah kalimullah dan Beliau termasuk nabi yang banyak disebutkan oleh Allah didalam Al-Qur'an.

Allah memanggil nabi Musa alayhissalam dari samping kanan gunung Thur (karena gunung Thur ada samping kanan dan kiri), para ulama menjelaskan yang dimaksud dengan نَـٰدَيْنَـٰهُ = kami memanggilnya ; dalam bahasa Arab “memanggil” = “نداء”  adalah mengucapkan dengan suara yang keras.

Orang dinamakan memanggil kalau dia mengucapkan ucapan yang keras. Kalau dia mengucapkan ucapan yang lirih itu bukan memanggil.

ينَـٰدَ maksudnya adalah memanggil dengan suara yang keras. Mereka mengatakan, "Anda صوت fulan, Anda صوت من fulan" maksudnya adalah lebih keras suaranya. Fulan suaranya lebih keras daripada si fulan.

Karena نداء dalam bahasa Arab adalah suara yang keras, dan Allah saat itu memanggil nabi Musa alayhissalam dengan suara yang keras.

وَقَرَّبْنَـٰهُ نَجِيًّۭا

"Dan kemudian kami dekatkan dia dalam keadaan bermunajat.“

Para ulama menjelaskan dalam keadaan bermunajat berarti di sini Allah berbicara dengan suara lirih. 

Jadi ketika Musa alayhissalam jauh maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memanggil dia dengan suara yang keras, kemudian Allah dekatkan, kemudian Allah berbicara lirih kepada nabi Musa alayhissalam.

⇒ Awalnya Allah berbicara dengan keras setelahnya Allah berbicara dengan suara yang rendah.

Maka seperti yang disampaikan oleh syaikh bahwasanya Allah berbicara كيف شاء = sesuai dengan kehendak-Nya. Mau dengan suara yang keras atau suara yang rendah, kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki sifat kalam.

Masalah sifat kalam banyak sekali aliran-aliran yang menyimpang dan tersesat sehingga ada sebagian penulis yang dia mengkhususkan kitab khusus tentang aqidah Ahlus Sunnah tentang kalamullah Azza wa Jalla ini.

⇒ Jadi dia adalah termasuk sifat Allah dan sifat Allah bukan makhluk. Kalau kita sudah yakin bahwasanya dia adalah sifat Allah maka sifat Allah bukan makhluk.

Adapun Mu'tazilah mereka meyakini kalamullah adalah makhluk dan bukan sifat. Mereka meyakini Allah menciptakan kalam-Nya. Kalam di luar seperti Allah menciptakan bumi, Allah menciptakan langit, mereka meyakini bahwasanya Allah menciptakan kalam, bukan Allah berbicara.

Sehingga mereka meyakini Al-Qur'an adalah makhluk bukan sifat di antara sifat-sifat Allah. Kemudian mereka mengatakan bahwasanya firman Allah (misalnya) :

وَإِنْ أَحَدٌۭ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَـٰمَ ٱللَّهِ 

"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah.” [QS At-Tawbah: 6]

Kalam di sini mereka meyakini ini adalah penyandaran makhluk kepada yang menciptakan, إضافة خلق الى خلقه. Penyandaran makhluk kepada yang menciptakan, Jadi Allah yang menciptakan kalam.

Mereka mengatakan sebagaimana, نَاقَةَ ٱللَّهِ,  مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ.

نَاقَةَ ٱللَّهِ = untanya Allah, di sini adalah penyandaran makhluk kepada yang menciptakan.

مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ maksudnya adalah penyandaran makhluk kepada yang menciptakan.

بَيْتِي penyandaran rumah Allah kepada yang menciptakan.

Mereka mengatakan bahwasanya kalamullah satu bab dengan penyandaran-penyandaran tadi.

Dan yang benar bahwasanya kalamullah di sini adalah penyandaran sifat kepada مَوْصُوْف - maushufnya. Penyandaran sifat kepada yang memiliki sifat tadi.

Kalamullah, kalam adalah sifat Allah. Allah , Dialah yang memiliki sifat tadi. Jadi Al-idhafah penyandaran di dalam dalil yang di-idhafah-kan kepada Allah disandarkan kepada Allah itu ada dua macam.

1. Idhafatul Al-Khalq kepada khaliq 
2. Penyandaran sifat kepada yang memiliki sifat 

Dan untuk kalamullah maka ini adalah penyandaran sifat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kepada yang memiliki sifat dan bukan penyandaran makhluk kepada khaliqnya.

Dari mana kita tahu ?

Berdasarkan dalil-dalil, menunjukkan bahwasanya Al-Qur'an bukan makhluk dan zaman dahulu sempat terjadi fitnah yang besar.

Di zaman Al-Imam Ahmad, orang-orang Mu'tazilah yang meyakini bahwa Al-Qur'an adalah makhluk, saat itu sempat mereka dekat dengan beberapa penguasa, sehingga beberapa penguasa ada yang sempat terpengaruh. Bahkan mereka mewajibkan rakyatnya untuk meyakini keyakinan ini dan diajarkan di sekolah-sekolah sampai tingkat yang paling dasar, mereka dipaksa untuk meyakini bahwasanya Al-Qur'an adalah makhluk Allah Azza wa Jalla.

Para ulama menjelaskan aqidah yang benar termasuk di antaranya adalah Al-Imam Ahmad rahimahullah beliau termasuk yang gigih, tegar di dalam menghadapi itu semua dengan kesabaran.

Menjelaskan kepada manusia, menjelaskan kepada ulama-ulama Mu'tazilah dengan dalil, dan beliau bersabar dengan siksaan, dengan penjara, dengan cambuk, dan beliau tidak memberontak kepada penguasa. Karena beliau masih meyakini bahwa mereka adalah muslim dan mereka hanya terpengaruh saja dengan ulama-ulama Mu'tazilah tadi.

Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pertolongan kepada beliau, ada di antara penguasa yang mendapatkan hidayah dan akhirnya justru mendukung dakwah beliau rahimahullah.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan in sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.


والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

Selasa, 07 April 2020

HALAL, HARAM DAN SYUBHAT

┏📚🍃━━━━━━━━━┓
    *Kuliah Studi Islam (KSI)*
┗━━━━━━━━━🖊✉️┛
*Paket  : 08*
*Bab      : 06*
*Judul    : HALAL, HARAM DAN SYUBHAT*

===📚===

بسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

_Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh._

Alloh ta'ala telah menurunkan Al Qur’an untuk menjelaskan hukum segala sesuatu bagi manusia dan Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam juga diutus untuk menjelaskan apa yang ada dalam Al-Qur’an.  Jadi Al Qur’an sebenarnya adalah penjelas tentang hukum-hukum, dan untuk memperjelas lagi apa yang ada dalam Al-Qur’an maka Alloh mengutus Rosul-Nya.

Segala sesuatu dibagi menjadi tiga yaitu:  *halal, haram dan syubhat*.

*Perkara yang halal adalah* perkara-perkara yang jelas-jelas diperbolehkan seperti memakan makanan dan meminum minuman yang baik, menikah, jual beli dan lain sebagainya. 

Adapun *perkara yang haram adalah* perkara-perkara yang jelas-jelas dilarang seperti memakan bangkai, minum khomr, berzina, praktek riba dan lain sebagiainya. Kehalalan dan keharaman ini jelas dari Al Qur’an dan As Sunnah.

Adapun *perkara syubhat, yaitu* hal yang tidak jelas boleh atau tidaknya. Karena itu banyak orang yang tidak mengetahuinya. Seperti syubhatnya bermuamalah dengan orang yang hartanya bercampur dengan riba. 

*Perkara yang syubhat itu muncul karena beberapa sebab*, yaitu: kebodohan, tidak memahami lebih jauh dalil-dalil syar’i, tidak mau merujuk pada perkataan ulama yang lebih dalam ilmunya dan kokoh pemahamannya, atau karena perselisihan ulama tentang hukum sesuatu. 

➡️ *Syubhat terbagi menjadi tiga macam*:
1. Sesuatu yang haram, namun kemudian timbul keraguan karena tercampur dengan yang halal. Misalnya ada dua kambing, salah satunya disembelih orang kafir, namun tidak jelas kambing yang mana yang disembelih orang kafir tersebut. Dalam hal ini tidak diperbolehkan memakan daging tersebut, kecuali jika benar-benar diketahui mana kambing yang disembelih orang kafir dan mana yang disembelih mukmin.

2. Sesuatu yang halal, namun kemudian timbul keraguan. Seperti: seorang istri yang ragu apakah ia telah dicerai atau belum. 

3. Sesuatu yang diragukan halal haramnya. Dalam masalah ini lebih baik menghindarinya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rosululloh   terhadap kurma yang beliau temukan di atas tikarnya, beliau tidak memakan kurma tersebut karena dikhawatirkan kurma sedekah. 

Jalan yang terbaik adalah meninggalkan perkara syubhat. Sehingga seseorang tidak boleh tergesa-gesa menghukumi suatu perkara hingga jelas baginya apakah itu halal atau haram. 

============================
*SILAHKAN KIRIM PERTANYAAN ANDA TTG MATERI INI VIA WA. SOAL-SOAL ANDA SEBATAS MATERI KSI AKAN  DIJAWAB PADA STADIUM GENERAL YANG AKAN KAMI LAKSANAKAN DI KOTA ANDA. WAKTU DAN LOKASI AKAN KAMI INFOKAN.*
*INSYAALLOH..*
*FORMAT PERTANYAAN:*
PAKET# NO BAB# KOTA#NO MEMBER#ISI PERTANYAAN
*CONTOH:*
1#3#JAKARTA#SM-123#Bagaimana cara agar ibadah kita lebih khusyu?

============================
🌐 *MEDIA LEMBAGA STUDI ISLAM*

Web : www.elsihasmi.com
WA   : http://wa.me/6282122669373
https://www.youtube.com/c/LembagaStudiIslam

🔊 *Lembaga Studi Islam (eLSI)* 🔊

_Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Keempat_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 08 Sya’ban 1441 H
| 02 April 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-44*
📖  _Beriman Bahwasanya Allah Berbicara (Memiliki Sifat Kalam) Sesuai Dengan Kehendak-Nya Bagian Keempat_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah. 

Dan masih berkaitan dengan kalamullah,

ونؤمن بأنه:

Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) beriman bahwasanya Allah, Dialah yang memiliki sifat:

لَّوْ كَانَ ٱلْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَـٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا 

Yang artinya, "Seandainya laut ini menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Rabbku (ucapan Allah)”.

Seandainya lautan yang luas ini, kita tahu bahwasanya laut di bumi ini lebih luas daripada daratan, laut yang luas ini, yang dalam dan luas itu menjadi  مِدَادًا  menjadi tinta untuk menulis kalamullah. Disiapkan untuk menulis kalamullah. Apakah cukup untuk menulis kalamullah? Allah mengatakan,

لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ

Niscaya air laut tadi yang digunakan untuk menulis kalamullah akan habis.

 قَبْلَ أَنْ تَنفَدَ كَلِمَتُ رَبِى

"Sebelum habis kalimat Allah maka itu akan habis."

Menunjukkan bahwasanya kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala ini adalah tidak terhingga. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang kekal dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan, Allah melakukan, maka di sana ada kalam yang terus langgeng.

Bagaimana lautan bisa menjadi tinta untuk menulis Kalamullah, sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang Maha Kekal dan Dialah yang memiliki sifat kalam, dan Dialah yang memiliki nama (Al-Khaliq) Yang Menciptakan dan Dialah (Al-Akhir) Dialah yang yang akhir, tidak ada sesuatu setelah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka ini menunjukkan bahwasanya kalimat-kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah sangat banyak. Tidak mungkin air laut seandainya dia menjadi tinta untuk menulis kalamullah semuanya. Makanya setelahnya Allah menuliskan,

وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا

"Meskipun Kami mendatangkan dengan yang semisalnya.” 

Meskipun Kami mendatangkan dengan yang semisalnya, tidak akan mampu juga. Meskipun di datangkan air laut yang semisalnya, tidak akan mampu dan tidak akan bisa menulis seluruh kalamullah.

Menunjukkan bahwasanya kalamullah ini adalah sangat luas dan tidak terhingga. Ini disebutkan Allah di dalam surat Al-Kahfi ayat yang ke-109.

Kemudian selanjutnya Allah sebutkan,

وَلَوْ أَنَّمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَـٰمٌ وَٱلْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِن بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَـٰتُ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Seandainya apa yang ada di bumi ini berupa pohon-pohonan dia menjadi (أَقْلَمُ) dia menjadi pena. 

وَٱلْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِن بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ

Jadi penanya tadi adalah pohon-pohon yang ada di seluruh dunia ini. Siapa di antara kita yang bisa menghitung seluruh pohon yang ada di bumi, tidak mengetahui jumlahnya kecuali Allah. Silahkan itu menjadi pena semuanya dan air laut menjadi tintanya untuk menulis kalimat Allah. 

Kalau mau ditambah dengan tujuh samudra yang lain. 

مَّا نُفِدَتْ كَلِمَتُ اللَّهِ

"Niscaya kalimat Allah tidak akan habis.”

إِنَّ اللَّهَ عَزِبْزٌ حَكِيْمٌ

"Sesunguhnya Allah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
 
Disebutkan oleh Allah dalam surat Luqman ayat ke-27 dan ini juga menguatkan ayat yang sebelumnya bahwasanya kalimat-kalimat Allah ini sangat luas dan tidak terhingga, sehingga meskipun ditambah dengan air laut yang lain, ditambah dengan air laut yang lain, maka ini tidak akan habis kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla.

Ini menunjukkan kalamullah berbeda dengan kalam manusia. Allah memiliki sifat kalam dan manusia memiliki sifat kalam, tapi beda antara kalamullah dengan kalam manusia. 

Ucapan manusia terbatas sekali. Ucapan saya, ucapan para pendengar sekalian. Cukup beberapa tinta yang dibutuhkan, pena yang dibutuhkan untuk menulis kalimat-kalimat kita, adapun kalamullah maka tidak terhingga. 

Maka bagaimana disamakan antara kalamullah dengan kalam makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki sifat kalam sesui dengan keagungan-Nya. Kalam Allah adalah sifat yang sempurna tidak sama dengan sifat makhluk.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan in sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

Senin, 06 April 2020

RUKUN ISLAM

┏📚🍃━━━━━━━━━┓
    *Kuliah Studi Islam (KSI)*
┗━━━━━━━━━🖊✉️┛
*Paket  : 08*
*Bab      : 03*
*Judul    : RUKUN ISLAM*

===📚===

بسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

_Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh._

*Islam mempunyai lima rukun*, yaitu: syahadat la ilaha illalloh dan muhammad rosululloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa di bulan romadhon, pergi haji bila mampu. 

*La Ilaha Illalloh* berarti tidak ada Ilah yang hak selain Alloh, tidak ada Robb yang berhak diibadahi selain Alloh, tidak ada pencipta selain Alloh, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan selain Alloh, tidak ada kesempurnaan yang mutlak selain pada Alloh, tidak ada satu dzat pun yang berada di luar genggaman kekuasan Alloh, tidak ada hakim yang maha benar selain Alloh, tidak ada hukum dan undang-undang yang boleh diterapkan selain hukum-hukum Alloh, tidak ada agama yang boleh dianut selain agama Alloh.  

*Arti syahadat Muhammad Rosululloh*, bahwa beliau adalah utusan Alloh yang terakhir, yang diutus kepada seluruh hamba-Nya, baik jin maupun manusia, kepada seluruh bangsa, hingga datangnya hari kiamat, untuk menyampaikan agama-Nya. 
Beliau harus dipercayai dan ditaati dengan sepenuhnya, maka tidak ada lagi jalan menuju kepada Alloh selain melalui syari’at yang diajarkannya. Bermaksiat kepadanya berarti bermaksiat kepada Alloh. Siapa yang mendustakannya dalam perkara sekecil apa pun, berarti telah keluar dari agama Alloh.

Percaya dan yakin bahwa beliau telah menyampaikan risalah Alloh dan tidak mensyari’atkan apa pun juga selain apa yang diwahyukan kepadanya.

Sesungguhnya sholat merupakan tiang agama Islam, sebagaimana tiang pada bangunan. Bangunan itu tidak berdiri, kecuali dengan tiang tersebut. Jika tiang itu roboh, maka bangunan pun roboh. 

Zakat Alloh wajibkan atas orang yang mampu, dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Orang yang sudah wajib zakat, namun tidak membayarnya, maka ia mendapatkan dosa besar dan ancaman yang keras. 
Puasa adalah beribadah kepada Alloh dengan menahan perkara yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Umat telah sepakat tentang kewajiban puasa Romadhon. Orang yang mengingkarinya adalah kafir dan murtad dari Islam. 

Haji adalah beribadah kepada Alloh dengan pergi ke kota Mekkah untuk menunaikan serangkaian ibadah. Kewajiban haji hanya bagi orang yang memiliki kemampuan, yang mencakup tiga perkara yaitu: sehat jasmani, bekal yang cukup untuk pergi dan pulang, bagi dirinya maupun bagi keluarganya yang ditinggalkan, keamanan perjalanan menuju tanah suci.

============================
*SILAHKAN KIRIM PERTANYAAN ANDA TTG MATERI INI VIA WA. SOAL-SOAL ANDA SEBATAS MATERI KSI AKAN  DIJAWAB PADA STADIUM GENERAL YANG AKAN KAMI LAKSANAKAN DI KOTA ANDA. WAKTU DAN LOKASI AKAN KAMI INFOKAN.*
*INSYAALLOH..*
*FORMAT PERTANYAAN:*
PAKET# NO BAB# KOTA#NO MEMBER#ISI PERTANYAAN
*CONTOH:*
1#3#JAKARTA#SM-123#Bagaimana cara agar ibadah kita lebih khusyu?

============================
🌐 *MEDIA LEMBAGA STUDI ISLAM*

Web : www.elsihasmi.com
WA   : http://wa.me/6282122669373
https://www.youtube.com/c/LembagaStudiIslam

🔊 *Lembaga Studi Islam (eLSI)* 🔊

TAKDIR MANUSIA TELAH DITETAPKAN

┏📚🍃━━━━━━━━━┓
    *Kuliah Studi Islam (KSI)*
┗━━━━━━━━━🖊✉️┛
*Paket  : 08*
*Bab      : 04*
*Judul    : TAKDIR MANUSIA TELAH DITETAPKAN*

===📚===

بسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

_Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh._

*Takdir manusia telah ditetapkan oleh Alloh ta'ala* ketika ia berada di dalam perut ibunya, yakni telah ditakdirkan rezekinya, amalannya, ajalnya, dan apakah ia celaka atau bahagia. 

Seorang muslim harus meyakini bahwa *rezkinya telah ditetapkan oleh Alloh*. Karena itulah seorang muslim tidak boleh khawatir masalah rezki untuk dirinya dan anak keturunanya. 

*Ajal manusia telah ditetapkan oleh Alloh ta'ala*. Dimana ia meninggal dan kapan ia meninggal dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui, karena ini adalah suatu hal yang termasuk ilmu ghoib. Ajal ini adalah suatu hal yang tidak bisa ditolak, dan ia adalah sesuatu yang tidak dapat diakhirkan atau dikedepankan. 

*Amal seseorang juga telah ditetapkan oleh Alloh ta'ala*. Barangsiapa yang bertaqwa dan memang telah ditetapkan baginya, maka Alloh akan memudahkan baginya.  Oleh karenanya seorang muslim harus banyak berdoa kepada Alloh untuk ditetapkan kepadanya kebaikan. 

Keyakinan Ahlussunnah wal jamaa’ah: *tidak boleh seorang berhujjah dengan takdir dalam melakukan kemaksiatan*. Maksudnya tidak boleh seseorang melakukan kemaksiatan, kemudian berkata “memang takdir saya berbuat ini” (misalnya berbuat zina) atau mengatakan “memang takdir saya mencuri saja”. Seorang muslim wajib berusaha mencapai kebaikan dan berprasangka baik kepada Alloh ta'ala . Berprasangka baik kepada Alloh maksudnya kita berprasangka bahwa Alloh menginginkan kebaikan pada kita, Alloh menakdirkan kepada kita syurga, sehingga kita berusaha untuk meraih syurga itu.

Alloh juga telah menetapkan apakah seseorang itu sengsara atau bahagia. Dan hanya ada dua kemungkinan, seseorang akan beruntung atau merugi. Dan kesengsaraan atau kecelakaan hanya ada satu tempatnya yaitu neraka. Demikian pula kebahagiaan hanya ada satu tempatnya yaitu syurga. 

Seseorang itu tidak mengetahui kesudahannya atau seseorang tidak boleh memastikan bahwa ia akan masuk syurga atau neraka. Kita tidak boleh mengatakan saya ahli syurga atau ahli neraka. 

Yang terpenting adalah *kita wajib berusaha mati dalam keadaan muslim*, dan mati dalam keadaan muslim tidak mungkin diraih kecuali kita hidup dalam keadaan Islam. Oleh karena itu, hendaknya kita membiasakan diri dengan amalan-amalan yang baik, mencintai amalan kebaikan, sehingga pada saat kita membutuhkan pertolongan, Alloh ta'ala akan menyelamatkan kita.

🌐 *MEDIA LEMBAGA STUDI ISLAM*

Web : www.elsihasmi.com
WA   : http://wa.me/6282122669373
https://www.youtube.com/c/LembagaStudiIslam

🔊 *Lembaga Studi Islam (eLSI)* 🔊

_Beriman Bahwasanya Kalam Allah Adalah Yang Paling Benar Beritanya, Adil Di Dalam Hukum-Hukumnya, dan Baik Di Dalam Ucapannya_

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 09 Sya’ban 1441 H
| 03 April 2020 M

 🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى*
 📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-45*
📖  _Beriman Bahwasanya Kalam Allah Adalah Yang Paling Benar Beritanya, Adil Di Dalam Hukum-Hukumnya, dan Baik Di Dalam Ucapannya_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه  ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. 

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah. 

Kemudian setelahnya beliau mengatakan: 

ونؤمن بأن كلماته أتم الكلمات صدقا في الأخبار وعدلا في الأحكام و حسنا في الحديث

"Dan kita beriman bahwasanya kalimat-kalimat Allah adalah kalimat-kalimat yang paling sempurna.” 

Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah, bahwa sifat-sifat Allah adalah paling sempurna.

وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ ۚ

“Dan bagi Allah sifat-sifat yang paling tinggi, paling sempurna.”

√ Pendengaran Allah adalah pendengaran yang paling sempurna.
√ Penglihatan Allah adalah penglihatan yang paling sempurna.

Termasuk di antaranya adalah kalam Allah adalah kalam yang paling sempurna. Itu adalah keyakinan Ahlus Sunnah.

Keumuman firman Allah وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ

صدقا في الأخبار

"Kalamullah ada yang berupa berita.”

Kalamullah adalah yang paling أصدق (paling sesuai dengan kenyataan) tidak ada di dalamnya kedustaan, صدقا في الأخبار benar di dalam pengkabaran, tidak ada kedustaan meskipun hanya satu titik atau lebih kecil daripada itu.

Berbeda dengan ucapan manusia, kita sudah berusaha untuk benar-benar jujur, pasti di sana ada kekurangan. Ada ucapan kita yang tidak sesuai dengan kenyataan. 

Adapun firman Allah maka dia adalah ashdaqul kalam (ucapan yang paling benar). Dalam hadits Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

فإن أصدق الحديث كتاب الله

"Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah kitabullah (Al-Qur’an)."

Sehingga orang yang berbicara berdasarkan Al-Qur'an (shadaq) karena dia berbicara jujur, benar berdasarkan Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an jujur, semuanya adalah kebenaran (mutlaq), tidak ada kedustaan di dalam kalamullah (Al-Qur'an).

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًا

"Dan siapakah yang lebih benar ucapannya dibandingkan ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” [QS An-Nisa: 87]

Sehingga beliau mengatakan disini صدقا في الأخبار - ucapan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah benar di dalam pengkabaran.

Kewajiban kita adalah membenarkan apa yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur'an karena di dalamnya adalah ucapan yang benar.

Kemudian beliau mengatakan:

وعدلا في الأحكام 

"Adil di dalam hukum-hukumnya.”

Di antaranya adalah hukum-hukum yang isinya adalah pembebanan kepada manusia, di sana ada perintah, di sana ada larangan. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Adil.

Adil maksudnya tidak ada kezhaliman di dalamnya, Allah ketika mensyari'atkan (misalnya) tentang pembagian waris, anak dapat sekian, istri dapat sekian, suami dapat sekian, itu adalah adil seadil-adilnya (tidak ada kezhaliman di dalamnya).

Wanita berhak demikian, laki-laki didahulukan atau dia mendapatkan keutamaan di atas wanita, maka ini adalah keadilan.

Seorang anak diharuskan berbakti kepada orang tua, orang tua menyayangi anaknya, ini adalah keadilan.

Zakat diambil dari orang yang kaya, apabila dia memiliki kambing (misalnya) sampai berapa ekor, baru dikeluarkan zakatnya. Jumlah zakatnya berapa. Itu adalah keadilan.

وعدلا في الأحكام

"Hukum-hukum Allah semuanya adalah adil.”

Sehingga orang yang menghukumi manusia berdasarkan Al-Qur'an maka dia adalah orang yang adil. Kalau kita ingin menjadi orang yang adil hendaknya kita menghukumi manusia berdasarkan Al-Qur'an.

Karena Al-Qur'an berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Bijaksana (Al-Hakim) dan di dalamnya adalah keadilan semata.

Demikian pula di dalam hukum, hukum balasan (misalnya), Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila mengadzab seseorang maka Allah akan mengadzab dengan adil dan tidak ada kezhaliman di dalamnya.  وعدلا في الأحكام

و حسنا في الحديث

"Dan baik di dalam ucapannya.”

Maksudnya adalah kalimat-kalimat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala gunakan adalah kalimat-kalimat yang fasih. Yang dimaksud dengan kalimat yang fasih adalah kalimat yang paling menunjukkan kenyataan atau paling menunjukkan maknanya.

Maka kalamullah mencapai puncaknya kesempurnaan dalam kalimat yang digunakan, ushlub-ushlub yang digunakan. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan: 

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ

"Allah (Dialah) yang menurunkan kitab yang paling baik.” (QS Az-Zummar: 23) 

Makna paling baik di sini, di antaranya adalah baik di dalam pemilihan kalimat-kalimatnya, dia adalah kalimat yang paling fasih. Ini adalah beberapa sifat kalamullah yang disebutkan oleh mualif yang diambil dari beberapa ayat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan: 

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

"Dan telah sempurna kalimat Allah, dia adalah benar dan adil.” [QS An'am :115]

Para ulama menjelaskan صِدْقًا وَعَدْلًا, صدقا في الأخبار , وعدلا في الأحكام benar di dalam pengkabaran (pemberitaan) dan dia adalah adil di dalam mengeluarkan keputusan atau menghukumi.

Ini menunjukkan bahwasanya kalimat Allah adalah sempurna.

Kemudian beliau menyebutkan firman Allah:

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًا

"Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?" [QS An-Nisa:87]

Dalil bahwasanya semua firman Allah adalah benar.

Kemudian beliau mengatakan: 

و نؤمن بأن القرآن الكريم كلام الله تعالى 

"Dan kita sebagai Ahlus Sunnah meyakini bahwasanya Al-Qur'anul Karim adalah ucapan Allah".

Setelah beliau berbicara secara umum tentang sifat kalam maka beliau menyebutkan tentang keyakinan kita terhadap Al-Qur’an, bahwasanya Al-Qur'anul Karim adalah kalamullah.Termasuk di antara firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan di sini pensifatan Al-Qur'an dengan Al-Karim disebutkan dalam Al-Qur'an bahwasanya dia adalah memiliki sifat karim artinya pemurah (mulia).

Ada yang mengatakan kenapa disifati dengan karim? karena orang yang membaca Al-Qur'an dia akan mendapatkan pahala yang banyak. Sehingga dia disifati dengan karim (pemurah) sebagaimana dalam hadits. 

من قرأ حرفاً من كتاب الله كتب له بكل حرف حسنة و الحسنة بعشر أمثالها

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka akan ditulis dari setiap huruf, satu kebaikan dan satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan.”

Banyak pahala bagi orang yang membaca Al-Qur’an, sehingga dia disifati di dalam Al-Qur'an dengan Al-Karim.

Kemudian Al-Qur'an adalah kalamullah, kemudian Beliau Rahimahullah mengatakan تكلم به حقا, Allah berbicara (mengucapkan Al-Qur'an) ini dengan sebenar-benarnya.

In sya Allah, tentang masalah Al-Qur'an adalah kalamullah dan aqidah Ahlus Sunnah tentang masalah Al-Qur'anul Karim ini akan kita lanjutkan pada edisi-edisi berikutnya (biidznillah). 

Adapun sekarang kita cukupkan sampai di sini In sya Allah, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjaga kita semuanya menjaga hati kita, istiqamah kita di atas Islam sampai kita bertemu dengan Allah Azza Wa Jalla.

Itu yang bisa kita sampaikan dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

Wallahu ta'ala a'lam

و بالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

Minggu, 05 April 2020

SEBAB ISIM MABNI DENGAN HARAKAT

SEBAB ISIM MABNI DENGAN HARAKAT
________

Asalnya, isim mabni adalah dengan tanda sukun. Sehingga jangan tanyakan "mengapa مَنْ atau أَنَاْ mabniyyun 'alassukun?" karena ada sebuah kaidah umum yang mengatakan:

ما جاء علی أصله لا يُسأل عن علته
"Sesuatu yang sudah sejalan dengan asalnya, jangan ditanyakan sebabnya." 

Namun, adakalanya dia mabni dengan harakat. Mengapa?

Kemungkinan isim mabni dengan harakat ada empat sebab:

1. Karena harakat huruf sebelumnya adalah sukun, sehingga untuk menghindari 'iltiqo-ussakinain' (bertemunya dua sukun) maka diberi harakat. Contoh:
* isim yang mabni dengan fathah: أَنْتَ
* isim yang mabni dengan dhammah: حَيْثُ 
* isim yang mabni dengan kasrah: أَمْسِ 

2. Karena termasuk mabniyyun far'i, yaitu kata yang asalnya mu'rab namun menjadi mabni pada kondisi tertentu dan ia mabni dengan harakat. Salah satu contohnya adalah dalam surah ar-Rum ayat 4, disana disebutkan kata "قَبْلُ" dan "بَعْدُ" yang berharakat dhammah padahal sebelumnya terdapat huruf jar "مِنْ". Mengapa demikian?

Hal ini disebut "ghaayah / غايۃ" yang berarti tujuan akhir / maksud, yaitu kondisi dimana zharaf telah sempurna (bisa dipahami maksudnya) meskipun tanpa mudhaf ilaih, tanwin ataupun alif lam yang ketiga hal tsb merupakan tanda sempurnanya zharaf.

Dalam surah ar-Rum ayat 4, kata "قَبْلُ" dan "بَعْدُ" keduanya mabni dengan dhammah untuk menunjukkan bahwa ada mudhaf ilaih yang dihapuskan dan mudhaf ilaih tersebut tdk perlu disebutkan karena sudah tercapai maksud ayatnya dari memperhatikan ayat-ayat sebelumnya, yakni taqdirnya:

لِلَّهِ الأَمْرُ مِنْ قَبْلِ هٰذِهِ الغَلَبَۃِ وَمِنْ بَعْدِهَا
"Bagi Allah-lah urusan dari sebelum kemenangan ini dan sesudahnya."

3. Karena terdiri dari satu huruf.
Ketika suatu kata hanya terdiri dari satu huruf dan huruf tsb sukun, maka bagaimana jadinya? Tentu akan menyulitkan. Oleh karenanya diberikanlah harakat untuk memudahkan penyebutannya. Contohnya: 
- كاف الخطاب => قَلَمُكَ
- تاء الفَاعل => كَتَبْتَ
- هَاء الضّمير => كِتَابُهُ

4. Terkadang alasannya untuk memudahkan pengucapan. Contohnya: 
هُوَ dan هِيَ
karena berat mengucapkan huruf halqi (tenggorokan) yaitu هَاء yang diikuti dengan wawu (و) atau ya' (ي) sukun, yang mana keduanya —huruf wawu dan ya'— berada jauh dari makhraj huruf halqi* maka diberikan harakat fathah untuk meringankan.

Ket:
* Wawu (و) terletak di kedua bibir
* Yaa' (ي) terletak di tengah lidah

[Faidah materi "Isim Mabni" oleh Ustadz Abu Kunaiza -hafizhahullahu ta'ala-]

Rabu, 26 Jumadal Ula 1441 H | Fitrah