Sifat yang harus dimiliki saat belajar Al Qur'an
Apa saja sifat yang harus dimiliki seseorang saat dia sadar bahwa dia harus pergi ke seorang guru maka sifat apa yang harus dia miliki untuk bisa belajar Quran dengan benar dengan gurunya.
Yang pertama dan utama adalah ikhlas dengan niat hanya untuk Allah SWT yaitu niat belajar Quran demi Allah demi mendapat keridhoan Allah dan tidak melakukannya untuk keuntungan duniawi atau agar orang-orang menyebutnya seorang Qari atau agar orang-orang menyebutnya ulama atau agar orang lain memuji suara indahnya atau agar orang lain memuji ilmu Tajwidnya atau agar dia mendapatkan pekerjaan atau agar dihormati dan terkenal. Melainkan satu-satunya alasan untuk belajar membaca Quran serta niat untuk mengajarkan Quran adalah untuk keridhoan Allah SWT dan mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Hal kedua yang perlu dia miliki mencari guru yang berkualitas untuk mengajarinya ilmu Al-Quran. Apapun profesi guru itu, baik seorang petani, guru sekolah atau apapun. Asalkan dia mampu dan berkualitas (memiliki ijazah) untuk mengajarkan Al-Quran, maka orang inilah orang yang anda cari.
Hal ketiga adalah kesabaran dan tidak menyerah karena kesalahan. Tidak diragukan lagi bahwa ketika seseorang belajar Al-Quran pasti banyak melakukan kesalahan. Bahkan guru itu akan mengoreksi kesalahan dia untuk kalimat taawduz (A'udzubillahi minasyaitanirrajim) serta untuk bismillahiramanirrahim. Dan mungkin banyak kesalahan dalam membaca Fatihah Mungkin dia akan akan kaget pada awalnya. Ini hal yang normal. Bahkan untuk seorang ahli ilmu Al-Quran sekalipun dia harus melewati tahapan tersebut, di mana dia melakukan banyak kesalahan pada pembelajaran Al-Quran sampai pada akhirnya dia mampu mengurangi jumlah kesalahannya itu dan mendapatkan sertifikat profesi dan ketartilan dalam membaca Al-Quran. Dengan demikian, orang itu harus sabar dan tidak menyerah hanya karena telah banyak salah dalam membaca dan berpikir: "saya tidak akan mampu membaca Quran" karena Allah SWT berfirman walaqad yassranal quran lizziqri fa hal mim muzzakir Sesungguhnya kalian akan mendapati Quran mudah untuk diingat maupun dibaca bagi siapapun yang ingin menghafalnya.
Hal keempat yang harus dia miliki adalah kebulatan tekad dan semangat yang tinggi. dan pantang menyerah Orang yang memiliki kebulatan tekad, dan secara tulus berupaya keras dan mengorbankan waktu dan tenaganya untuk belajar Al-Quran, maka Insya Allah, Allah akan memberkati tindakannya ini dan Allah akan memberkati usaha kerasnya itu.
Metode belajar Al Qur'an dari guru Al Qur'an
Saat seseorang menemukan guru Al-Quran yang tepat dan dia ingin belajar darinya. Apa cara yang
dia gunakan untuk belajar Al-Quran dari gurunya itu?
Ada tiga metode belajar Al-Quran dari guru Al-Quran. dari seorang guru Quran.
Metode pertama adalah guru akan membacakannya kepada muridnya, bisa ayat atau penggalan ayat. Kemudian muridnya itu akan mengulanginya setelah gurunya itu. Jika sang guru
menyadari adanya kesalahan, maka dia akan mengoreksi kesalahan muridnya itu sampai akhirnya benar. Jadi metode ini pada prinsipnya berdasarkan pembacaan gurunya dan muridnya akan mengulanginya dan gurunya akan mengoreksi kesalahan jika dibutuhkan. Ini
adalah metode terbaik. Karena murid mendengarkan pembacaan yang benar dari gurunya. Dan dia harus mengaplikasikannya di depan guru itu. Kemudian guru itu mengoreksi tiap kesalahan yang dibuat muridnya. Itulah metode yang pertama.
Metode kedua adalah murid membaca Al-Quran terlebih dahulu tanpa ada contoh pembacaan Al-Quran dari gurunya. Metode ini biasanya dilakukan oleh murid yang memiliki latar belakang ilmu membaca Al-Quran. Maka murid itu membacakan Al-Quran kepada gurunya, dan guru itu hanya mendengarkan. Jika dia mendengar kesalahan maka dia akan mengoreksi kesalahan muridnya atau pondasi ilmu Al-Quran. Ini adalah cara yang paling umum saat ini sampai bacaannya benar. Ini adalah cara yang tepat untuk seseorang yang memiliki latar belakang atau pondasi dalam ilmu Al-Quran. Bagi dia yang membacakan Quran
kepada gurunya lalu guru akan mengoreksi kesalahannya. Ini adalah cara yang paling umum
saat ini.
Metode ketiga yaitu murid mendengarkan pembacaan gurunya. Sekelompok murid akan mendengarkan gurunya membaca Al-Quran, misalnya surat Fatihah dan kemudian mereka pulang dan mempraktikannya. Metode ini adalah metode yang jarang dipakai dan ini adalah metode dengan standard yang terendah. Mengapa? Karena guru tidak mendengarkan muridnya membacakan Al-Quran dan tidak pula mengoreksi kesalahan mereka. Murid hanya mendengarkan pembacaan gurunya, namun sebaliknya guru tidak mendengarkan pembacaan Al-Quran muridnya. Metode ini sama dengan murid yang mendengarkan dari rekaman Quran.Rekaman Al-Quran dalam bentuk tape record tidak akan mampu mengoreksi kesalahan.
Adab Saat Membaca dan Mempelajari Al Qur'an
Ada sejumlah perilaku yang harus kita praktikan saat membaca dan mempelajari Quran.
Yang pertama kita harus mengagungkan Al-Quran. Setiap kali mendengarkan pembacaan Al-Quran. Setiap kali mendengarkan pembacaan Al-Quran kita harus diam dan menyimaknya. Allah SWT berfirman "waidza qurial quranu fastamiullahu waarsutu la'allakum turhamun. Jika kamu mendengarkan Al-Quran sedang dibaca maka dengarkanlah dan diamlah supaya kamu mendapat rahmat. Jika kamu mendengarkan Al-Quran sedang dibaca maka dengarkanlah dan diamlah supaya kamu mendapat rahmat. Artinya orang itu tidak boleh bicara atau terlibat dalam percakapan.
(2) Saat Quran dibacakan Anda pun harus melindungi Al-Quran dari apapun yang akan mengotorinya. Oleh sebab itu anda tidak boleh membiarkan Al-Quran dibuat mainan oleh anak-anak, disobek dan tidak boleh ditulis seperti baik di luar maupun di dalam Al-Quran itu sendiri. Anda pun harus menempatkannya di tempat yang tertinggi dan tidak boleh ada buku yang ditempatkan di atasnya untuk menghormatinya. Perlakuan yang sama pun berlaku pada Al-Quran dalam bentuk CD, anda pun harus menemptakannya di tempat yang tertinggi. dan tidak boleh menempatkan benda lain di atasnya untuk menghormatinya. Dan dia pun tidak boleh bersandar pada Quran baik itu dengan punggung atau lengannya. Anda pun harus melindungi kertasnya. Kalaupun tidak bisa digunakan kembali ataupun tidak bisa dibaca lagi, maka anda harus membakarnya. karena menurut para ulama. Ini merupakan cara yang terbaik untuk memusnahkan kertas Al-Quran jika sudah usang ataupun rusak dan sudah tidak terbaca lagi. Anda harus membuangnya di tempat yang tidak seorang pun bisa menginjaknya ataupun membuatnya berceceran. Saat Ustman RA, saat dia mengumpulkan semua kertas ke dalam satu mushaf, dia membakar kertas-kertas mushaf sisanya. Dia pun harus melindungi mushaf Al-
Quran itu dari debu, air dan minyak ataupun segala sesuatu yang bisa membuatnya kotor. dia
harus melindunginya dari segala hal tadi.
Yang ketiga anda tidak boleh membaca Al-Quran di tempat yang kotor atau tempat yang tidak layak seperti kamar mandi.
(4) Anda pun harus membacanya dengan ketenangan dan pikiran yang damai. Anda pun harus membacanya dengan hati yang penuh hormat. Tidak boleh cepat dalam membaca Al-Quran seolah-olah anda membaca koran atau majalah. Namun Al-Quran harus dibaca pelan-pelan dan penuh ketenangan.
Kelima, anda tidak boleh membiarkan mushaf terbuka jika anda harus meninggalkannya dan pergi dan melakukan sesuatu. Sebaiknya anda menutupnya dan lakukan dulu apa yang harus dilakukan. Saat kembali, anda bisa membuka kembali mushaf ke bagian semula yang ingin anda baca dan melanjutkannya. Seperti yang dinyatakan Imam Qurtubi dalam Pengantar Tafsir.
Yang keenam, anda tidak boleh membaca Al-Quran saat menguap ataupun membuang gas (kentut). Seperti yang dijelaskan oleh para ulama tentang hal ini. Yang ketujuh, dia tidak boleh menyentuh Al-Quran jika belum bertaharah atau belum bersuci. Sebaiknya anda harus berwudhu sebelum menyentuh Al-Quran. Hal ini dikarenakan Rasulullah SAW bersabda: La yamassal quran illa thahir." Tidak seorang pun boleh menyentuh Al-Quran kecuali dia sudah suci." Dan sahabat rasul, Musa Ibnu Uqash yang membacakan Quran kepada ayahnya Ibnu Uqash dari mushaf, artinya dia sedang menyentuh mushaf lalu, dia menyentuh bagian intimnya hal itu membatalkan wudhu menurut pendapat ulama secara umum. Lalu, ayahnya berkata: la allaka masasta zakarah, qala kuntuna qala kum fatawaddha qala kuntum fatawadhatu' tsumma raja'at Dia berkata: apakah kamu sudah menyentuh bagian intimmu? Lalu dia menjawab: ya. Ayahnya berkata: pergilah berwudhu dia menyuruh anaknya untuk wudhu karena telah membatalkan wudhu. Makanya, dia wudhu dan kembali sehingga dia bisa melanjutkan
bacaannya Hadis ini otentik diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwatta. Jadi, seseorang harus dalam keadaaan suci, jika ingin menyentuh Quran dan ini suatu kewajiban. Dan jika dia ingin membaca Quran maka lebih baik baginya untuk membaca Quran setelah wudhu meskipun sebenarnya tidak harus. Atau anda bisa baca Quran tanpa menyentuhnya tanpa wudhu. Sebaliknya, jika ingin menyentuh Quran, maka harus wudhu.
Definisi Tajwid
Hal pertama, apa definisi tajwid itu sendiri? Secara linguistik tajwid artinya yaitu membuat sesuatu lebih indah. jawwada Jamwidu tajwidan artinya untuk membuat sesuatu lebih baik atau lebih indah. Menurut pandangan ilmu, tajwid artinya mengucapkan tiap huruf dari titik artikulasinya. Dan memberikan tiap huruf karakteristiknya dan melakukannya dengan benar. Jadi ada tiga hal.
Yang pertama untuk mengartikulasi tiap huruf dari titik artikulasinya. Tiap huruf dalam bahasa Arab huruf alfabet manapun Saat kita mengucapkan atau mengartikuasikannya huruf ini datang dari tengah tenggorokan anda. atau dari bibir Contohnya saat anda mengucapkan huruf "mim". Ini datang dari bibir. Dan inilah titik artikulasi dari
huruf "mim". Dan jika anda mengartikulasi 'a dari 'ain, maka datang dari tengah tenggorokan. Dan ini dianggap sebagai titik artikulasinya. Jika anda akan mengucapkan "ja" atau jim, maka ia datang dari lidah bagian tengah anda. Inilah titik artikulasinya. Oleh sebab itu tajwid yang pertama adalah mengartikulasikan tiap huruf dari titik artikulasinya. Sehingga anda bisa membacanya dengan benar. Jika anda mengucapkannya dari titik mana saja, maka tidak akan keluar seperti seharusnya.
Yang kedua adalah untuk memberikan tiap huruf sifatnya masing-masing. Tiap huruf memilki sifatnya masing-masing yang selalu bersama dengan huruf tersebut. Dan tidak pernah meninggalkan huruf tersebut. Sifat hururf itu harus diterapkan. Jika seseorang memilki praktik bahasa alami dari bahasanya sendiri dari bahasa Arab, Jadi jika anda ingin mengucapkan shod maka harus dengan berat. maka dia tidak perlu memikirkan penerapan sifat huruf. Contohnya,
huruf mim atau huruf shod salah satu sifatnya adalah istila memiliki sifat tinggi dan berat. Yaitu dilakukan dengan menaikan lidah. Sedangkan untuk huruf "sin". Huruf ini sifatnya ringan, dan tidak seberat shod. Karena lidah kita lebih rendah saat mengucapkan sin. Setiap kali kita mengucapkan sin maka harus dengan ringan, dan tiap kali mengucapkan shod harus dengan berat. Jadi, berlaku isti'la, atau sifat berat. Dan ketinggian lidah harus menyertai pengucapan shod. Baik itu dalam dhommah ataupun fatah atau kasroh. Sedangkan untuk sin, inilah pilihannya sebagai huruf yang ringan karena ringan dan mustafid dan lidahnya dalam keadaan rendah. Saat anda mengucapkannya maka tiap kali anda membacanya di dalam Al-Quran maka huruf itu memiliki sifat tersebut. Kadang sifat huruf itu datang pada keadaan tertentu. Misalnya untuk idgham, saat kita menghadapi nun sukun dengan ya, maka nun sukun harus diucapkan dengan aturan idgham. dan kita akan belajar nanti Misalnya, Famayya'mal, maka nun sukun tidak diucapkan faman ya'mal, namun diucapkan menjadi famayya'mal. Oleh sebab itu pada situasi ini anda menerakan idghom pada nun sukun. Ini hanya sifat yang hanya datang di situasi tertentu. Jadi tajwid adalah ikhrajul makhrajul mim makhroji wayatho umul haqqu wahua mustahaqqi minassifat. Artinya memberikan tiap huruf atau mengucapkan tiap huruf dari titik artikulasi dan memberikan tiap huruf sifatnya masing masing dan
melakukannya dengan benar.
Mengapa kita menerapkan tajwid?
Apakah kita menerapkannya juga dalam membaca koran ataukah menerapkan Tajwid pada buku lainnya? Tidak, para ulama berpendapat bahwa tajwid secara spesifik hanya diterapkan pada huruf Al-Quran. Jadi, subjek Tajwid adalah Quran. Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa kita pun harus menerapkan tajwid pada pembacaan hadis. Mereka berpendapat kalian harus membaca Hadis Rasulullah SAW dengan aturan Tajwid. Namun, sebagian besar ulama mengoreksi pendapat itu, yaitu tajwid hanya diterapkan pada huruf-huruf Al-Quran. Dan tidak pada lainnya. Yang benar adalah pendapat pertama Mengapa?
Apakah manfaat dari belajar Tajwid dan
menerapkannya?
Tujuan utamanya adalah melindungi lidah dari kesalahannya dalam pengucapan. Kesalahan pengucapan ini bisa menyebabkan makna yang berbeda. atau tidak menyebabkan perbedaan makna Salah satu pengucapan yang salah dan menyebabkan beda makna dan hal yang berbahaya sebagaimana firman Allah SWT "wadzkuru idzkuntum qalilan fakatstsarakum." Jika seseorang membacanya "wadzkuru idzkuntum qalilan fakassarakum" dan tidak menaikan lidah ke atas untuk mengucapkan "tsa" Namun, dia malah mengucapkan "sa" Seperti yang diucapkan sebagian orang. Maka maknanya akan menjadi "dan ingatlah waktu di saat kamu sedikit dalam jumlah dan Allah mematahkanmu yang artinya Dia
menghancurkanmu kassara artinya mematahkan atau menghancurkan Sedangkan pembacaan yang benarnya adalah wadzkuruu idzkun(g)tum qalilaang fakatstsarakum fakatstarakum yang artinya Dia menambah jumlahmu. Ingatlah saat Allah membuatmu dalam jumlah yang sedikit, dan Allah dengan rahmat-Nya menambahkan jumlahmu menambah polulasimu. Itulah makna
yang tepat. Jika seseorang ingin mengucapkan fakatstsarakum maka ingatlah makna dengan
awalnya jumlah mereka sedikit dan Allah mematahkanmu atau menghancurkanmu.
Sekarang kita sadar betapa pentingnya mempelajari tajwid untuk membaca Al-Quran dengan benar tanpa membuat kesalahan pengucapan yang bisa menyebabkan salah makna.
Apa keutamaan tajwid?
Ini merupakan salah satu ilmu yang mulia, karena ini berkaitan dengan firman Allah dan Al-Quran. Apa hubungannya dengan ilmu yang lain? Ini adalah salah satu ilmu dalam Islam yang berkaitan dengan pengagungan Al-Quran.
Siapakah pendiri atau penemu ilmu tajwid?
Dari pandangan praktis, Rasulullah SAW adalah satu-satunya orang yang mengajarkan umat aplikasi tajwid, lalu para sahabatnya belajar darinya Sedangkan dari sudut pandang teoretis, siapakah sebenarnya yang menuliskan ilmu tajwid? Maka jawabannya adalah Abul Aswad. Para ulama berbeda pendapat Ada beberapa pihak yang berpendapat Abul Aswad Ad-duali, Abu Ubiad Al-Qasim Ibnu Salam dan ada juga yang berpendapat Falidi bin Ahmad, sebagian lagi berpendapat ulama yang lainnya.
Lalu bagaimana tajwid dirangkum?
Tajwid dirangkum melalui rantai pembacaan.
Rasulullah SAW mengajarkannya kepada beberapa sahabat sementara yang lainnya membaca Al-Quran. Kemudian mereka mengajarkan para murid mereka, yang berlanjut mengajarkan ke murid-muridnya lagi sampai pada akhirnya ke kita, yaitu cara Rasulullah SAW membaca Al-Quran. Semua murid dan para ahli tajwid menuliskan aturan tajwid yang sudah diterapkan.
Misalnya, mereka menuliskan aturan mad harus memanjangkan pengucapan suaranya ataupun jika ada nun sukun yang datang setelah huruf tertentu. Apa yang harus diucapkan pada nun sukun. Mereka hanya menuliskan dan menyusun aturan yang sudah diterapkan. Namun, cara menurunkannya dalam praktiknya melalui rantai dari pembacaan dari Rasululah SAW kepada para sahabatnya para tabiinnya sampai akhirnya pada kita semua, dari generasi ke generasi.
Apakah aturan mempelajari dan menerapkan tajwid?
Menurut pengertian tajwid secara teoretis, maka merupakan fardhu kifayah. Ini bersifat wajid bagi sebagian dari kita. Artinya cukup sebagian dari kita memahami tajwid secara teori mengajarkannya kepada orang lain atau masyarakat. Yang artinya wajib hanya untuk sebagian Muslim yang harus belajar Tajwid secara teoretis atau aturan teori Tajwid. Dan tidak wajib bagi setiap Muslim untuk belajar Tajwid secara teori Sedangkan untuk penerapannya, maka berlaku untuk tiap individu Muslim, wajib baginya untuk membaca Al-Quran sesuai tajwid kapanpun dia ingin membaca Quran.
Kita pun sudah membahas buktinya. Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya untuk membaca Al-Quran dan mempelajarinya dari empat orang. Dan dia sudah menyebutkan keempat orang itu. Para sahabat sangat tegas dalam mengajarkan tajwid karena Ibn Masud menyuruh muridnya untuk membaca ayat sesuai dengan yang dicontohkan Rasul dengan pengucapan dan pemanjangan suara yang benar. Ada juga beberapa ahli tajwid yang berpendapat bahwa semua ahli tajwid sepakat dengan suatu konsensus menerapkan tajwid bersifat wajib bagi tiap individu Muslim yang ingin membaca Quran. Dan seperti yang disebutkan sebelumnya setiap amal ibadah syarat diterimanya ibadah adalah dua. Yang pertama adalah ikhlas dalam niatnya dan yang kedua mengikuti Sunnah dalam hal cara ibadah dan membaca Al-Quran adalah amal ibadah. Oleh sebab itu, penting untuk belajar membaca sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Alasannya kuat, mengapa para ahli tajwid menuliskan aturan tajwid dan bukan hanya membacakan Al-Quran dengan benar tanpa menuliskan aturannya. Alasannya karena Islam menyebar bahasa Arab bercampur non- Bahasa Arab dan lidah menjadi lemah dan orang-orang
mulai membaca Al-Quran dengan tidak benar. Sehingga mereka khawatir jika mereka tidak menuliskannya maka orang-orang itu akan kehilangan kemampuan membaca Al-Quran yang
sesuai dengan cara dicontohkan Rasul Oleh sebab itu mereka menuliskan aturannya secara spesifik dan tersusun rapi sehingga mudah untuk dipahami dan diterapkan. Inilah salah satu cara Allah SWT melindungi Al-Quran dengan memerintahkan para ahli tajwid meletakan pondasi aturan tajwid, sehingga tiap orang bisa membaca dan menerapkannya.
Prinsip yang harus dipegang seseorang dalam mempelajari dan menerapkan tajwid
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang seseorang dalam mempelajari dan menerapkan tajwid. Maka harus mematuhi prinsip berikut ini. Semuanya ada empat prinsip.
Prinsip yang pertama adalah mengartikuasikan huruf dari titiknya, atau makhraj huruf. Mengetahui dari mana asalnya huruf. baik itu dalam mulut atau keluar dari bibir.
Prinsip yang kedua adalah mengetahui sifat huruf dan menerapkan sifat ini. Yang makhraj huruf misalnya, huruf 'ain yang diucapkan dari tenggorokan bagian tengah. Dengan mengetahui dari mana asal pengucapan 'ain dan membacanya dari titik artikulasi itu. Yang kedua yaitu sifat huruf, Salah satu karakteristik dari huruf "ba" jika huruf itu diikuti sukun maka berlaku aturan qalqalah yang artinya anda harus memberikan getaran suara ekstra misal pada huruf dal misalnya untuk qul huwallahu ahad qul huwallahu ahad. Tidak bisa hanya mengucapkan 'ahad" langsung berhenti. Namun, ucapkan "ahadd" suara dal yang bergetar (bergerak) disebut dengan qalqalah Itulah salah satu sifat dari huruf dal jika dengan harakah sukun. Maka yang harus diterapkan adalah sifat qalqalah.
Prinsip yang ketiga aturan yang harus diterapkan pada tiap huruf berdasarkan sususan. Artinya beberapa huruf, anda harus memberikan pelesapan jika mereka datang berurutan. Misalnya nun sukun diikuti ya, maka harus menerapkan idgham. Faman ya'mal harus diucapkan menjadi famayya'mal. Jadi memasukan nun sukun ke dalam ya. Oleh sebab itu yang anda dengar adalah ya dengan gunnah, dengan suara sengau. Inilah aturan yang harus diterapkan karena susunan huruf-huruf tertentu. Satu kali lagi, jika nun sukun diikuti ya maka terapkan aturan ghunnah maksud saya harus terpakan idgham dengan ghunnah. Kita akan membahasnya lebih mendalam kemudian.
Prinsip yang keempat adalah melatih lidah dan mengulanginya. Setelah anda belajar bagaimana mengucapkannya maka anda harus mempertahankannya bacaan yang benar dengan terus berlatih teruslah melatih lidahmu sampai lidahmu menjadi terbiasa Sama halnya dengan otot badan kita lainnya, lidah bisa saja lemah di awal, dengan latihan namun setelah banyak latihan, maka akan bertambah kuat dan bisa melakukan apa yang anda ingin lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar