Jumat, 18 Juli 2025

tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 30

 

Berikut tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 30, ayat penting yang menjelaskan tentang penciptaan manusia pertama (Nabi Adam) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi:


Lafal Ayat:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ ۖ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


Terjemahan:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi." Mereka berkata: "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" Dia berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."


Penjelasan Tafsir:

1. وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat”

  • Allah menyampaikan rencana besar-Nya kepada malaikat.

  • Ayat ini diawali dengan kata “wa idz” yang artinya “dan ingatlah”, menandakan bahwa ini adalah peristiwa penting yang harus direnungkan oleh umat manusia.


2. إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”

  • Khalifah berarti:

    • Wakil: menjalankan tugas di bumi atas nama Allah

    • Pemimpin/pengatur: manusia diberi akal dan kehendak untuk mengelola bumi

  • Ayat ini menjadi landasan konsep kepemimpinan manusia di bumi dan tanggung jawabnya sebagai pengelola alam.


3. قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ

“Mereka (para malaikat) berkata: Apakah Engkau hendak menjadikan di sana makhluk yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah?”

  • Malaikat bertanya bukan karena menentang, tapi karena ingin memahami hikmah di balik keputusan Allah.

  • Mereka sudah mengetahui bahwa makhluk yang punya kehendak bebas berpotensi membuat kerusakan dan pertumpahan darah, sebagaimana yang terjadi sebelumnya (menurut sebagian ulama, makhluk sebelum manusia seperti jin telah berbuat kerusakan).


4. وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ

“Sedangkan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?”

  • Maksudnya: “Mengapa Engkau ciptakan makhluk yang bisa rusak, padahal kami taat sepenuhnya tanpa dosa?”


5. قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dia (Allah) berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”

  • Allah mengetahui hikmah besar dalam penciptaan manusia:

    • Kemampuan belajar, beribadah, bertobat, dan menjadi hamba pilihan

    • Allah tahu bahwa di antara keturunan Adam akan ada para nabi, wali, ulama, syuhada, dan orang saleh

    • Allah juga ingin menunjukkan sifat pengampun, pengasih, dan Maha Adil-Nya lewat kehidupan manusia


Kesimpulan Ayat 30:

  • Allah menetapkan manusia sebagai khalifah (pemimpin, pengelola) di bumi dengan segala tanggung jawabnya.

  • Malaikat bertanya bukan untuk membantah, tetapi karena mereka belum mengetahui hikmah besar penciptaan manusia.

  • Allah Mahatahu, dan rencana-Nya selalu mengandung kebaikan, meski kadang belum dipahami oleh makhluk-Nya.

Selasa, 15 Juli 2025

hadits pertama dalam Shahih Bukhari

 

Berikut adalah syarah (penjelasan) untuk hadits pertama dalam Shahih Bukhari, yaitu hadits tentang niat:


Teks Hadits (Bahasa Arab)

عَنْ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
"إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ."

Terjemahan Hadits

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Maka siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia peroleh atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya itu kepada apa yang dia niatkan."


Syarah / Penjelasan Hadits

1. Kedudukan Hadits

  • Hadits ini sangat penting. Imam Bukhari meletakkannya sebagai hadits pembuka dalam kitab Shahih-nya.

  • Para ulama menyebutnya sebagai salah satu dari “Arba’īn Nawawiyyah” (40 Hadits Nawawi), bahkan sebagian menyebut bahwa Islam berputar pada hadits ini dan beberapa hadits pokok lainnya.

  • Imam Syafi'i mengatakan: "Hadits ini mencakup sepertiga ilmu." Karena amal seseorang terbagi tiga: hati, lisan, dan perbuatan anggota badan — dan niat termasuk dalam amalan hati.


2. Makna Kalimat Per Kalimat

"إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ"

“Sesungguhnya semua amal tergantung pada niatnya.”

  • Amal seseorang tidak sah atau tidak bernilai jika tanpa niat.

  • Niat menjadi penentu kualitas dan tujuan amal: apakah itu ibadah, adat, atau bahkan maksiat.

"وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى"

“Dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan.”

  • Orang akan mendapat pahala, dosa, atau bahkan tidak mendapat apa-apa sesuai dengan niatnya.

  • Dua orang bisa melakukan amal yang sama secara lahiriah, tapi berbeda nilainya di sisi Allah karena niatnya berbeda.

Contoh Kasus Hijrah

Hijrah karena Allah dan Rasul-Nya: bernilai ibadah besar.
Hijrah karena dunia atau wanita: tidak dinilai sebagai ibadah, hanya duniawi semata.

Hadits ini berkaitan dengan peristiwa seorang laki-laki yang hijrah karena ingin menikahi wanita bernama Ummu Qais — maka ia dikenal sebagai "Muhajir Ummu Qais".


Pelajaran Penting dari Hadits Ini

  1. Niat adalah syarat sahnya ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dll.

  2. Amal tanpa niat tidak bernilai di sisi Allah, meskipun secara lahiriah terlihat benar.

  3. Niat dapat mengubah hal duniawi menjadi ibadah, seperti makan agar kuat beribadah, bekerja untuk menafkahi keluarga, dll.

  4. Pentingnya memperbaiki niat sebelum, selama, dan setelah beramal.

  5. Hadits ini menjadi landasan ilmu fikih, tasawuf, dan akhlak.


Kesimpulan

Hadits ini menekankan bahwa yang paling utama dalam setiap amal adalah niat. Tanpa niat yang benar, amal tidak akan diterima. Sehingga, amal yang besar bisa menjadi kecil karena niat yang salah, dan amal yang kecil bisa menjadi besar karena niat yang ikhlas.

tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 29

 

Berikut tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 29, ayat yang menegaskan kekuasaan dan penciptaan Allah atas seluruh alam semesta untuk manusia:


Lafal Ayat:

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا ثُمَّ ٱسْتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَـٰوَٰتٍۢ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ


Terjemahan:

Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.


Penjelasan Tafsir:

1. هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا

“Dialah yang menciptakan untukmu segala yang ada di bumi seluruhnya”

  • Segala sesuatu di bumi diciptakan oleh Allah:

    • Udara, air, tumbuhan, hewan, mineral, bahan makanan, dan segala sumber daya.

  • Dan semua itu diciptakan “untuk kalian” (lakuṁ) — untuk manusia, sebagai anugerah dan fasilitas hidup.

  • Ini menunjukkan kemuliaan manusia dalam penciptaan dan amanah besar untuk menjaga bumi.


2. ثُمَّ ٱسْتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَـٰوَٰتٍۢ

“Kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menjadikannya tujuh langit”

  • “Istawā ilā as-samā’” bisa dipahami sebagai:

    • Allah menetapkan kehendak-Nya kepada penciptaan langit

    • Bukan berarti Allah berpindah tempat, tetapi menunjukkan tahap selanjutnya dalam penciptaan

  • Tujuh langit: menunjukkan tingkatan-tingkatan penciptaan yang kompleks dan luar biasa.

    • Bukan hanya langit yang terlihat, tetapi juga struktur dan sistem di alam semesta.


3. وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ

“Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”

  • Penegasan bahwa:

    • Penciptaan Allah bukan acak, tapi dengan ilmu dan hikmah sempurna.

    • Allah mengetahui fungsi dan tujuan dari setiap ciptaan-Nya, baik yang kita pahami maupun tidak.


Kesimpulan Ayat 29:

  1. Segala yang ada di bumi adalah ciptaan Allah untuk manusia.

  2. Langit dan bumi adalah bagian dari tatanan penciptaan yang teratur.

  3. Allah menciptakan dengan ilmu dan kehendak, bukan dengan sia-sia.

  4. Ayat ini mengajak manusia untuk:

    • Bersyukur atas nikmat bumi

    • Mengakui keesaan dan kebesaran Allah

    • Tidak sombong, karena semua hanyalah pemberian Allah

tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 28

 

Berikut tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 28, ayat yang mengajak manusia merenung tentang hidup, mati, dan kekuasaan Allah:


Lafal Ayat:

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًۭا فَأَحْيَـٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


Terjemahan:

Bagaimana kamu bisa kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?


Penjelasan Tafsir:

1. كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ

“Bagaimana kamu bisa kafir kepada Allah?”

  • Ungkapan ini adalah celaan sekaligus ajakan berpikir.

  • Seolah Allah bertanya: "Apa alasanmu bisa ingkar kepada Tuhan, padahal semua bukti menunjukkan kekuasaan-Nya?"

  • Ini bentuk istifhām inkāri (pertanyaan retoris untuk mengingkari sikap mereka).


2. وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًۭا فَأَحْيَـٰكُمْ

“Padahal kamu dulunya mati, lalu Dia menghidupkan kamu”

  • Mati pertama: kondisi sebelum manusia lahir (tidak ada, tanpa kehidupan).

  • Allah menghidupkan: manusia diciptakan dan diberi ruh.

📌 Ini menegaskan bahwa keberadaan kita sepenuhnya karena kehendak Allah, bukan karena usaha sendiri.


3. ثُمَّ يُمِيتُكُمْ

“Kemudian Dia mematikan kamu”

  • Setelah hidup di dunia, manusia akan mengalami kematian.


4. ثُمَّ يُحْيِيكُمْ

“Lalu Dia menghidupkan kamu kembali”

  • Ini merujuk pada kebangkitan di hari kiamat, saat seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab (dihitung amalnya).


5. ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”

  • Semua manusia akan kembali kepada Allah untuk:

    • Pertanggungjawaban amal

    • Menerima balasan: surga atau neraka

  • Ini penegasan bahwa akhir dari seluruh kehidupan adalah kembali kepada Sang Pencipta.


Struktur Hidup-Manusia Menurut Ayat Ini:

Tahap Keadaan Keterangan
1 Mati Sebelum diciptakan
2 Hidup Hidup di dunia
3 Mati Wafat
4 Hidup Dibangkitkan kembali
5 Kembali Menghadap Allah untuk dihisab

 

Pesan Utama Ayat 28:

  • Kekafiran itu tidak masuk akal, jika seseorang berpikir jernih tentang asal-usul dan tujuan hidup.

  • Hidup dan mati bukan kebetulan, tetapi diatur oleh Allah.

  • Allah memberi bukti eksistensi-Nya melalui hidup dan mati, agar manusia sadar dan kembali kepada-Nya.

 

tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 27

 

Berikut tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 27, yang menjelaskan lebih lanjut tentang sifat dan perilaku orang-orang fasik, sebagaimana disebut dalam ayat sebelumnya (ayat 26):


Lafal Ayat:

ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثَـٰقِهِۦ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ


Terjemahan:

Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan, memutuskan apa yang Allah perintahkan untuk menyambungnya, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.


Penjelasan Tafsir:

Ayat ini menjelaskan ciri-ciri utama dari orang-orang fasik, yaitu mereka yang menyimpang dari jalan kebenaran setelah terang.


1. ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثَـٰقِهِۦ

“Orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah diteguhkan”

  • Maksud dari “’ahdullah” (perjanjian Allah) bisa bermakna:

    • Perjanjian fitrah: bahwa semua manusia pada hakikatnya mengakui Allah sebagai Tuhan (lihat QS Al-A’raf: 172)

    • Perjanjian kenabian: menerima Nabi dan risalah Allah

    • Komitmen iman: yaitu ketaatan setelah menerima kebenaran

🔸 Mereka membatalkan janji itu setelah diberi ilmu, petunjuk, atau kejelasan.


2. وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ

“Dan mereka memutuskan apa yang Allah perintahkan untuk disambung”

  • Bisa bermakna:

    • Memutus tali silaturahmi

    • Memutus keimanan yang seharusnya bersambung antara manusia dengan Allah

    • Merusak hubungan antara manusia yang seharusnya dijaga: kasih sayang, keadilan, amanah

📌 Ini mencerminkan sikap sosial dan spiritual yang rusak — lawan dari ukhuwah dan taqwa.


3. وَيُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ

“Dan mereka membuat kerusakan di muka bumi”

  • Kerusakan di sini luas maknanya:

    • Moral: menyebarkan syirik, bid’ah, kebohongan

    • Sosial: menimbulkan fitnah, kebencian, permusuhan

    • Ekonomi/politik: korupsi, pengkhianatan, ketidakadilan

    • Lingkungan: eksploitasi berlebihan, merusak tatanan hidup

🔹 Dalam Islam, kerusakan (fasād) adalah kebalikan dari ishlāh (perbaikan).


4. أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ

“Mereka itulah orang-orang yang merugi”

  • Bukan hanya rugi di dunia (tidak mendapatkan ketentraman, keberkahan), tapi juga rugi di akhirat: kehilangan rahmat, surga, dan ampunan Allah.

  • Mereka rugi total (khusrān mubīn) karena menjual iman dan petunjuk demi hawa nafsu atau kepentingan dunia.


Kesimpulan Ayat 27:

Orang-orang fasik adalah mereka yang:

  1. Mengingkari janji kepada Allah

  2. Memutuskan hubungan yang seharusnya dijaga

  3. Menyebarkan kerusakan di muka bumi

Mereka inilah yang benar-benar merugi, karena berpaling dari kebenaran padahal sudah diberi petunjuk.

tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 26

 

Berikut tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 26, yang membahas reaksi orang kafir terhadap perumpamaan (amtsāl) dalam Al-Qur’an:


Lafal Ayat:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن يَضْرِبَ مَثَلًۭا مَّا بَعُوضَةًۭ فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلًۭا ۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًۭا وَيَهْدِى بِهِۦ كَثِيرًۭا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلْفَـٰسِقِينَ


Terjemahan:

Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Maka orang-orang yang beriman mengetahui bahwa itu benar dari Tuhan mereka. Tetapi orang-orang kafir berkata, “Apa maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu Allah menyesatkan banyak orang dan memberi petunjuk kepada banyak orang. Dan tidak ada yang disesatkan-Nya selain orang-orang fasik.


Penjelasan Tafsir:

1. إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن يَضْرِبَ مَثَلًۭا مَّا

“Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan apa pun”

  • Orang-orang kafir mencemooh Al-Qur’an karena Allah membuat perumpamaan dengan makhluk kecil seperti lalat, laba-laba, atau nyamuk.

  • Allah menegaskan: Dia tidak malu sedikit pun untuk memberikan contoh makhluk kecil jika ada hikmah dan pelajaran besar di baliknya.


2. بَعُوضَةًۭ فَمَا فَوْقَهَا

“(Seperti) nyamuk atau yang lebih kecil dari itu”

  • “Nyamuk” mewakili makhluk yang dianggap remeh dan menjijikkan, tetapi tetap ciptaan Allah.

  • “Atau yang lebih dari itu”: bisa berarti lebih kecil atau lebih besar — intinya, apapun ukurannya, perumpamaan itu sah dan bermakna.


3. فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ

“Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa itu benar dari Tuhan mereka”

  • Orang beriman tidak terganggu dengan bentuk perumpamaan.

  • Mereka fokus pada makna, pelajaran, dan hikmah, bukan pada bentuk luarnya.


4. وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلًۭا

“Sedangkan orang kafir berkata: ‘Apa maksud Allah dengan perumpamaan seperti ini?’”

  • Orang kafir mencemooh dan mengolok-olok ayat-ayat Allah.

  • Mereka tidak mencari kebenaran, tapi menolak karena kesombongan dan niat buruk.


5. يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًۭا وَيَهْدِى بِهِۦ كَثِيرًۭا

“Dengan perumpamaan itu Allah menyesatkan banyak orang, dan memberi petunjuk kepada banyak orang”

  • Satu ayat yang sama bisa menjadi:

    • Petunjuk bagi yang tulus mencari kebenaran

    • Kesesatan bagi yang congkak dan membangkang

  • Ini menunjukkan bahwa efek hidayah atau kesesatan tergantung pada hati penerimanya.


6. وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلْفَـٰسِقِينَ

“Dan tidak ada yang disesatkan-Nya selain orang-orang fasik”

  • Fasik: orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah, dengan:

    • Kufur

    • Munafik

    • Menolak perintah

  • Bukan karena ayatnya yang menyesatkan, tetapi karena mereka sendiri sudah memilih untuk menyimpang.


Kesimpulan Ayat 26:

  • Allah tidak malu menggunakan perumpamaan makhluk kecil, karena semuanya adalah ciptaan dan ayat-ayat-Nya.

  • Orang beriman menerima perumpamaan sebagai hikmah, sedang orang kafir mencemooh dan tersesat karenanya.

  • Satu ayat yang sama bisa jadi petunjuk atau penyebab kesesatan, tergantung hati manusia.

  • Allah tidak menyesatkan kecuali mereka yang sudah fasik, bukan karena ayat-ayat-Nya keliru.

tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 25

 

Berikut tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 25, sebagai balasan yang kontras dari ayat sebelumnya: setelah ancaman neraka bagi orang kafir, kini Allah memberikan kabar gembira (busyra) untuk orang beriman:


Lafal Ayat:

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍۢ رِّزْقًۭا قَالُوا۟ هَـٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَـٰبِهًۭا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌۭ مُّطَهَّرَةٌۭ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ


Terjemahan:

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa bagi mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata: “Inilah rezeki yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi (buah-buahan) yang serupa (bentuknya tetapi berbeda rasa). Dan mereka di sana memiliki pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.


Penjelasan Tafsir:

Setelah peringatan bagi penolak wahyu (ayat 24), ayat ini menunjukkan keadilan dan kasih sayang Allah dengan menyebut balasan bagi orang yang beriman dan beramal saleh.


1. وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ

“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh”

  • Iman dan amal salih adalah dua syarat utama keselamatan.

  • Iman saja tidak cukup tanpa amal, dan amal tidak sah tanpa iman.

  • "Basysyir" (berikan kabar gembira): ini adalah penghormatan dari Allah, bahkan Rasul pun disuruh menyampaikan harapan, bukan hanya ancaman.


2. أَنَّ لَهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ

“Bahwa bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”

  • "Jannāt": bentuk jamak dari jannah (kebun), berarti surga yang luas dan beragam.

  • Sungai mengalir di bawahnya: tanda keindahan, kesegaran, dan kehidupan abadi.

  • Sungai ini bukan hanya air, tapi juga disebut dalam ayat lain sebagai sungai susu, madu, dan khamar yang tidak memabukkan (lihat QS. Muhammad: 15).


3. كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍۢ رِّزْقًۭا

“Setiap kali mereka diberi rezeki berupa buah-buahan”

  • Buah-buahan surga adalah makanan penghuni surga, penuh variasi dan kenikmatan.

  • Setiap kali diberi, mereka akan merasa kenal, tapi ada perbedaan luar biasa.


4. قَالُوا۟ هَـٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَـٰبِهًۭا

“Mereka berkata: ‘Ini rezeki yang pernah kami terima dulu.’ Dan mereka diberi yang serupa (tampilannya)”

  • Buah surga mirip dari luar (warna, bentuk) tapi berbeda dalam rasa dan kenikmatan — tak pernah membosankan.

  • Menunjukkan kesempurnaan nikmat dan kekaguman yang terus berulang.


5. وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌۭ مُّطَهَّرَةٌۭ

“Dan mereka memiliki pasangan-pasangan yang suci”

  • Istri/suami di surga adalah:

    • Disucikan dari najis, rasa iri, dendam, dan kekotoran jiwa

    • Penuh cinta, ketaatan, dan kedamaian

  • Dalam banyak ayat, disebut pula tentang “hurun ʿīn”, bidadari bermata indah yang menjadi pasangan penghuni surga.


6. وَهُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ

“Dan mereka kekal di dalamnya”

  • Kenikmatan surga adalah abadi, tak ada kematian, kebosanan, atau kesusahan.

  • Inilah puncak harapan hidup orang beriman.


Kesimpulan Ayat 25:

  • Orang beriman dan beramal salih akan mendapatkan:

    • Surga-surga indah yang kekal

    • Makanan lezat yang beraneka rupa

    • Pasangan yang suci dan penuh kasih

    • Kehidupan abadi tanpa derita

  • Ayat ini menunjukkan bahwa agama Islam bukan hanya peringatan, tapi juga janji dan harapan bagi yang taat.